
UNIVERSITAS Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kembali menjadi tuan rumah kedua kalinya dalam agenda Pengkajian Ramadan 1446 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Agenda ini berlangsung tiga hari 6 - 8 Maret 2025 di kampus UMJ, Cireundeu,Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel) yang diselenggarakan secara hybrid.
Kegiatan daring melalui platform zoom dan luring di Auditorium K.H. Ahmad Azhar Basyir, M.A. Gedung Cendikia UMJ. Pengkajian yang mengangkat tema ‘Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan: Tujuan Teologis, Ideologis, dan Praksis’ dihadiri sekitar 700 lebih peserta dari seluruh unsur pimpinan pusat, wilayah, daerah serta unsur pembantu pimpinan pusat Muhammadiyah dan Aisyiyah. Persebaran peserta ini berasal dari wilayah Jakarta, Banten, Jawa Barat hingga Sumatera. Pengkajian ini dilakukan juga di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ( UMY).
Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., mengutarakan isu wasathiyah telah menjadi pemikiran utama keislaman di Indonesia dan isu penting yang di suarakan di berbagai forum dunia. Wasathiyah telah menjadi konsep yang jelas dan tercantum dalam Q.S. Al Baqarah ayat 143.
“Wasathiyah islam berkemajuan bukan sekedar pada sikap semata juga memberikan alternatif dari tengah dimana kita harus pro dunia namun membawa dunia untuk kemaslahatan hidup dan menjadi tempat aman menuju akhirat,” tandas Haedar.
Mendikdasmen yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed sebagai pembicara memaparkan tentang Wasathiyah Islam. Dikatakan Ummatan Wasatha harus memiliki sikap yang adil dan moderat.
“Ummatan Wasatha yaitu umat yang adil. Umat yang adil itu ada dua, yaitu ‘Adilun fi ‘Ilmi dan ‘Adilun fi hukmi. ‘Adilun fi ‘Ilmi adalah orang yang adil yang memiliki keilmuan yang tinggi. ‘Adilun fi hukmi adalah orang yang menegakkan hukum dengan seadil-adilnya. Adil dalam pengertian ilmu adalah orang yang bersikap secara objektif, berani berkata yang benar adalah benar, salah adalah salah” tegas Mu'ti yang juga Ketua BPH UMJ.
Mu'ti juga mengutip Al Quran surah Al Qashas ayat 77, yang artinya “Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia.” Maksudnya tidak condong, karena keduanya perlu dilakukan.
Mu'ti menguatkan bahwa Ummatan Wasatha adalah mengambil sikap yang lurus, sikap tengah yang tidak ekstrim. Kata Mu'ti, perkara yang paling baik adalah yang paling tengah.
Guru Besar UIN Jakarta ini mengemukakan Teologi Islam Wasathiyah Berkemajuan yang dikembangkan Muhammadiyah merupakan perpaduan antara Teologi Al-Ma’un dan Teologi Al-‘Ashr. Konsep ini menegaskan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tengahan, yang tidak condong ke ekstrem liberal maupun ekstrem konservatif.
Dalam kesempatan itu, Rektor UMJ Prof. Dr. Ma’mun Murod, M.Si., mengapresiasi kepercayaan kepada UMJ untuk menjadi tuan rumah pengkajian ini selama dua kali berturut-turut. Ia menegaskan bahwa amanah ini merupakan suatu kehormatan besar bagi UMJ.
“UMJ merupakan perguruan tinggi tertua yang dimiliki Muhammadiyah. UMJ memiliki 59 program studi, banyak di antaranya telah meraih predikat unggul. UMJ terus berbenah dan berupaya meningkatkan kualitas dalam berbagai aspek pendidikan,” ujarnya.
Majelis Pembinaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, MPA., mengatakan Pengkajian kali ini merupakan model baru yang dikembangkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan harapan dapat menjadi pendekatan yang bermanfaat. Muhammadiyah berkomitmen untuk mengimplementasikan nilai-nilai wasatiyah ini secara lebih kuat, baik dalam aspek teologis, ideologis maupun praktiknya.
Kerja sama
Menteri Koordinator Bidang Pangan RI Dr. (H.C.) H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., menyampaikan beberapa program yang dibuat oleh Presiden Prabowo Subianto untuk memajukan Indonesia. Menurutnya proses lima tahun ini akan sangat menentukan Indonesian untuk bangkit menjadi negara maju atau terperangkap menjadi negara berkembang. Program yang buat ini bisa berlangsung dengan baik jika adanya kerjasama dari berbagai pihak seperti Muhammadiyah.
Ditambahkan yang disampaikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan RI Ir. Sakti Wahyu Trenggono, MM., IPU menekankan sebagai negara kepulauan terbesar, Indonesia harus menjadikan laut sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Ia juga menekankan bahwa sinergi dan kolaborasi dengan Muhammadiyah merupakan faktor kunci dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan, yang menjadi bagian dari strategi besar menuju Indonesia Emas 2045.
Acara pembukaan dimeriahkan dengan penampilan Hadrah Muhammadiyah Boarding School (MBS) Ki Bagus Hadikusumo. Dilanjutkan dengan Penandatanganan Nota Kesepahaman PP Muhammadiyah dengan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI, Penyerahan 212 Sertifikat Hak Milik dari Kementrian Agraria dan Tata Ruang (ATR) BPN RI oleh Menteri Nusron Wahid kepada PP Muhammadiyah, kemudian serah terima nadzir perseorangan tanah dan bangunan wakaf seluas 25.000meter persegi kepada PP Muhammadiyah.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini menghadirkan narasumber yang menghadirkan tokoh tokoh yang membahas topik-topik seputar Pengembangan Wasathiyah Islam Berkemajuan. (H-2)