
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa anggota Partai Republik yang menolak mendukung rancangan undang-undang perpajakan dan pengeluaran besar-besaran yang disebut One Big Beautiful Bill akan menghadapi konsekuensi politik.
Dia bahkan memulai upaya untuk menantang anggota Kongres dari Partai Republik yang menentang RUU ini, termasuk Thomas Massie dari Kentucky. Trump mengisyaratkan akan melakukan hal yang sama terhadap Senator Thom Tillis dari North Carolina, sebelum Tillis mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri kembali.
Namun kini, Elon Musk, sang miliarder teknologi dan mantan sekutu dekat Trump turut menyatakan penentangan terhadap RUU tersebut dan berjanji akan melawan anggota Partai Republik yang justru mendukungnya.
"Setiap anggota Kongres yang berkampanye untuk mengurangi pengeluaran pemerintah lalu langsung memilih kenaikan utang terbesar dalam sejarah seharusnya malu!"* tulis Musk di X seperti dilansir Time, Selasa (1/7).
"Mereka akan kalah dalam pemilu pendahuluan tahun depan jika itu hal terakhir yang saya lakukan di dunia ini," sebutnya.
Musk diketahui menyumbangkan lebih dari US$250 juta untuk membantu terpilihnya Trump pada 2024. Namun pada Mei lalu, ia menyatakan bahwa dirinya cukup berkontribusi dan akan melakukan jauh lebih sedikit di masa depan.
"Jika saya melihat alasan untuk melakukan pengeluaran politik di masa depan, saya akan melakukannya," sebutnya.
Pernyataan keras Musk diposting pada Senin (30/6) malam bersamaan dengan proses pemungutan suara di Senat untuk serangkaian amendemen terhadap RUU besar ini. RUU diperkirakan akan menambah utang nasional hingga triliunan dolar dan memicu pemotongan pada program Medicaid.
Partai politik baru
Musk juga kembali menyinggung kemungkinan membentuk partai politik baru, seraya mengecam pengeluaran dalam RUU yang disebut-sebut akan menaikkan plafon utang hingga US$5 triliun.
"Jelas dengan pengeluaran gila dari RUU ini, kita hidup di negara satu partai, Partai Porky Pig," tulisnya.
"Sudah waktunya ada partai politik baru yang benar-benar peduli pada rakyat," sebutnya.
Dalam unggahan lain, dia mengatakan jika RUU itu lolos, Partai Amerika akan segera dibentuk untuk memberikan alternatif terhadap partai Demokrat dan Republik agar rakyat benar-benar punya suara.
Mantan anggota DPR Justin Amash, yang meninggalkan Partai Republik pada 2019, meminta Musk mendukung Thomas Massie. "Saya akan," Musk menjawab singkat.
Amash menyebut Massie sebagai konservatif sejati yang menentang Penipuan Besar dan Gendut dan karena itulah menjadi target dari elite politik.
Trump sendiri merespons melalui Truth Social dengan menyebut Musk sebagai sosok yang mementingkan diri sendiri. Dia juga kembali mengkritik kebijakan insentif kendaraan listrik.
"Elon Musk tahu, jauh sebelum dia mendukung saya, bahwa saya sangat menentang Mandat EV. Tanpa subsidi, Elon mungkin harus menutup usahanya dan pulang ke Afrika Selatan," ujarnya.
"Tidak akan ada lagi peluncuran roket, satelit, atau produksi mobil listrik, dan negara kita akan menghemat banyak uang," tambahnya.
Dia juga menyebut inisiatif Musk, Departemen Efisiensi Pemerintah atau DOGE dalam konteks penghematan besar. "Mungkin kita harus meminta DOGE meninjau ini? Uang besar yang harus dihemat!" tulisnya.
Musk sebelumnya menanggapi pernyataan serupa dengan santai. "Apa pun lah. Biarkan potongan insentif EV solar tetap di RUU itu, meskipun subsidi minyak dan gas tidak disentuh (sangat tidak adil)," tulisnya awal Juni lalu.
Namun akhir pekan lalu, Musk mengingatkan bahwa pemotongan insentif energi hijau bisa berdampak besar. "Kesalahan strategis besar sedang dilakukan saat ini yang akan merusak sektor solar/baterai dan membuat Amerika sangat rentan di masa depan," katanya.
Musk juga mengunggah kembali pernyataan Senator Tillis yang mendukungnya. "Teman-teman, @ElonMusk benar 100% dan dia memahami isu ini lebih baik dari siapa pun," tulis Tillis.
"Kita tidak boleh membiarkan Tiongkok Komunis menjadi pemenang jangka panjang," lanjutnya.
Meski demikian, Musk menegaskan bahwa fokus utamanya tetap pada defisit nasional. "Yang saya minta hanyalah agar kita tidak membuat Amerika bangkrut," tulisnya saat proses pemungutan suara di Senat masih berlangsung pada Selasa (1/7) dini hari.
Sementara itu, Gedung Putih mengeklaim bahwa RUU tersebut sebenarnya akan mengurangi beban utang bagi generasi mendatang dan akan memacu pertumbuhan ekonomi nyata serta mengembalikan akal sehat fiskal di Amerika.
Namun, laporan terbaru dari Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan RUU versi Senat tersebut akan menambah hampir US$3,3 triliun ke defisit dalam 10 tahun ke depan. (I-2)