
PEMERINTAHAN Trump menyerukan kepada Universitas Harvard untuk meminta maaf. Pemerintah membekukan hibah multi-tahun senilai US$2,2 miliar kepada universitas tersebut pada Senin (14/4).
Sekretaris pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan tindakan ini merupakan upaya untuk membatasi antisemitisme di kampus-kampus. Namun, pemerintahan Trump juga menuntut agar Harvard menghapus program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (diversity, equity, and inclusion/DEI), melarang penggunaan masker dalam aksi protes kampus, dan memastikan praktik rekrutmen yang berbasis pada prestasi.
Saat ditanya mengenai ancaman Presiden Donald Trump untuk mengenakan pajak terhadap Harvard sebagai entitas politik dan mencabut status bebas pajaknya, Leavitt mengalihkan pertanyaan itu ke Layanan Pendapatan Internal (IRS). Namun secara umum, ia menyatakan universitas tersebut perlu meminta maaf.
Trump, kata Leavitt, "ingin melihat Harvard meminta maaf, dan Harvard seharusnya meminta maaf atas antisemitisme yang keterlaluan yang terjadi di kampus mereka terhadap mahasiswa Yahudi Amerika."
Leavitt merujuk pada pernyataan mantan presiden Harvard, Claudine Gay, dalam sebuah sidang kongres, yang mengatakan seruan untuk genosida terhadap orang Yahudi "bisa saja" melanggar aturan Harvard tentang perundungan dan pelecehan "tergantung pada konteksnya." Gay telah meminta maaf atas pernyataan tersebut.
Leavitt juga menyebutkan apa yang ia gambarkan sebagai kegagalan Harvard dalam memberikan sanksi terhadap mahasiswa yang terlibat dalam aksi perkemahan di kampus dan gangguan terhadap jalannya perkuliahan. “Presiden percaya Harvard seharusnya meminta maaf kepada mahasiswa Yahudi Amerika mereka karena membiarkan perilaku yang begitu parah,” kata Leavitt.
Ia menegaskan kembali pertanyaan mengenai masa depan pendanaan federal untuk universitas tersebut, sebuah isu yang diyakini oleh pemerintahan Trump sebagai keuntungan politik.
“Saya pikir presiden juga mengajukan pertanyaan yang penting: lebih dari US$2 miliar digelontorkan ke Harvard padahal mereka memiliki dana abadi lebih dari US$50 miliar — mengapa pembayar pajak Amerika harus mensubsidi universitas yang sudah memiliki miliaran dolar di bank? Dan kita tentu tidak seharusnya mendanai tempat di mana antisemitisme yang begitu parah terjadi,” ujarnya. (CNN/Z-2)