
PENGAMAT mata uang Ibrahim Assuaibi berpandangan terpuruknya indeks harga saham gabungan (IHSG) akibat sikap investor yang masih hati-hati menunggu keputusan tarif perdagangan terbaru oleh Amerika Serikat atau tarif dagang AS. Rencananya, Presiden AS Donald Trump akan memberlakukan tarif tambahan 10% pada impor dari Tiongkok. Langkah tersebut menimbulkan ketidakpastian global tetap tinggi.
"Akibat perang dagang, IHSG bahkan menyentuh di level rendah hingga Rp6.400-an. Suasana hati investor masih suram setelah Trump mengumumkan tarif tambahan 10% untuk Tiongkok," ujarnya kepada Media Indonesia, Senin (3/3).
Ibrahim menyebut pergerakan naik turunnya IHSG dan rupiah amat dipengaruhi faktor eksternal. Dengan rencana penambahan tarif 10%, dikhawatirkan akan memicu risiko balasan dari Beijing. Hal ini pun akan memperburuk ketegangan antara dua negara tersebut.
Pertemuan dua sesi tahunan Tiongkok, yang akan dimulai minggu ini, akan diawasi ketat oleh investor untuk mendapatkan sinyal tentang arah ekonomi negara tersebut dan langkah-langkah stimulus potensial
"Pergerakan IHSG tergantung dari kondisi eksternal. Ada ketakutan bahwa perang dagang ini akan meningkatkan biaya impor," ucapnya.
Kendati demikian, Ibrahim meramalkan IHSG akan rebound didukung volume perdagangan yang kuat dan meredanya perang dagang.
"Setelah jalan perang dagangnya, saya masih optimistis IHSG masih akan di atas 7.000-an lagi," ucapnya.
Pada perdagangan sore ini, IHSG menguat setelah sepekan terakhir ambruk 7,83%. IHSG ditutup menguat 3,98% pada perdagangan Senin sore ke level 6.520,39. Sementara rupiah, juga ditutup menguat 115 poin di level Rp16.480 per dolar AS.
Sedangkan, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diperkirakan bergerak fluktuatif dengan ditutup menguat direntang Rp16.430-Rp16.490. (H-3)