Studi Ungkap Bahaya HPV pada Persalinan Normal, Ini Risiko untuk Ibu dan Bayi!

3 hours ago 1
Studi Ungkap Bahaya HPV pada Persalinan Normal, Ini Risiko untuk Ibu dan Bayi! Bahaya HPV pada Persalinan Normal(Freepik)

SUDAHKAH Anda mengetahui bahwa Human Papillomavirus (HPV) adalah penyebab utama kanker serviks? Namun, tahukah Anda bahwa melahirkan secara normal berulang kali dapat meningkatkan risiko tertular atau menularkan virus ini?

Menurut jurnal Vertical Transmission of Human Papillomavirus: A Systematic Quantitative Review (Medeiros et al., 2005), yang menganalisis 22 studi tentang penularan vertikal HPV dari ibu ke bayi melalui meta-analisis kuantitatif, persalinan normal dapat menjadi saluran penularan HPV.

Penelitian ini berfokus pada deteksi HPV di sampel plasenta, serviks ibu, dan mukosa bayi (oral/genital). Metode yang digunakan, seperti PCR (Polymerase Chain Reaction), berfungsi untuk mengidentifikasi DNA HPV dengan mempertimbangkan beberapa faktor: mode persalinan (normal vs. caesar), status infeksi ibu, dan jenis HPV (onkogenik/non-onkogenik).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata 16% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HPV juga terjangkit virus yang sama. Risiko tertinggi ditemukan pada kondisi berikut:

  • Persalinan normal (OR 1.8-2.5 dibandingkan dengan caesar), terutama bila ibu memiliki lesi genital aktif.

  • HPV tipe 16/18 (onkogenik) lebih sering terdeteksi daripada tipe 6/11 (penyebab kutil).

  • Sekitar 20% kasus menunjukkan infeksi persisten pada bayi hingga usia 6 bulan, meski sebagian besar hilang secara spontan.

Saat melahirkan normal, bayi akan melewati saluran vagina, serviks, atau vulva yang mungkin mengandung HPV. Proses melahirkan ini juga dapat menyebabkan lecet atau luka kecil pada vagina, yang dapat menjadi pintu masuk virus HPV ke dalam tubuh bayi.

Menurut WHO, vaksinasi HPV adalah langkah paling efektif untuk mencegah infeksi HPV, kanker serviks, dan kanker terkait lainnya. WHO merekomendasikan vaksinasi untuk anak perempuan usia 9–14 tahun sebelum aktif secara seksual, dengan 1-2 dosis (3 dosis untuk individu dengan sistem imun yang lemah). Pencegahan tambahan meliputi penggunaan kondom, sunat pada pria, serta menghindari merokok untuk mengurangi risiko infeksi persisten.

Skrining dan Pengobatan Dini

Skrining rutin dengan tes HPV atau Pap smear setiap 5-10 tahun (mulai usia 30 tahun) dapat mendeteksi prakanker serviks yang biasanya tidak menunjukkan gejala. Wanita dengan HIV perlu menjalani skrining lebih sering (setiap 3 tahun sejak usia 25 tahun). Jika terdeteksi dini, prakanker dapat diobati sebelum berkembang menjadi kanker serviks, sehingga skrining berkala sangat penting untuk pencegahan kanker. (Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |