
SERANGAN udara besar-besaran yang dilancarkan Rusia sejak Jumat (23/5) telah menewaskan sedikitnya 13 warga sipil dan melukai 56 lainnya di berbagai wilayah Ukraina, demikian menurut keterangan pejabat lokal.
Serangan ini merupakan salah satu yang paling dahsyat sejak dimulainya invasi skala penuh oleh Rusia pada Februari 2022.
Angkatan udara Ukraina mengonfirmasi bahwa Rusia meluncurkan 250 pesawat nirawak dan 14 rudal balistik ke arah ibu kota Kyiv. Serangan itu, menyebabkan kebakaran hebat dan kerusakan parah pada bangunan-bangunan perumahan.
Serangan ini diklaim sebagai salah satu serangan udara gabungan terbesar yang pernah menghantam Kyiv. Militer Ukraina berhasil menjatuhkan enam rudal dan 245 pesawat nirawak dari total yang diluncurkan.
"Dengan setiap serangan seperti itu, dunia menjadi lebih yakin bahwa penyebab perang yang berkepanjangan terletak di Moskow," tulis Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam sebuah pernyataan di X seperti dilansir dari CNN, Minggu (25/5).
Zelensky juga menggambarkan kondisi tersebut sebagai malam yang sulit, dengan kobaran api dan ledakan terdengar di berbagai penjuru kota.
“Rumah-rumah, bisnis, dan mobil rusak akibat serangan langsung maupun puing-puing yang jatuh,” ujarnya.
Zelensky kembali menyerukan peningkatan tekanan terhadap Rusia.
“Hanya sanksi tambahan yang menargetkan sektor-sektor utama ekonomi Rusia yang dapat mendorong Moskow menyetujui gencatan senjata,” lanjutnya.
Dua sekolah dan satu klinik dilaporkan turut menjadi sasaran di wilayah Kyiv. Seorang warga bernama Olha Chyrukha, 64, mengungkapkan kesedihannya dan berharap mereka setuju untuk melakukan gencatan senjata.
"Mengebom orang-orang seperti ini, anak-anak yang malang. Cucu perempuan saya yang berusia tiga tahun berteriak ketakutan," katanya.
Korban di Berbagai Wilayah dan Eskalasi Serangan
Selain Kyiv, wilayah lain juga mengalami dampak yang parah. Empat orang tewas di wilayah Donetsk di timur Ukraina, lima orang meninggal di wilayah Odesa dan Kherson di selatan, dan empat lainnya tewas di wilayah Kharkiv timur laut.
Pihak berwenang di Odesa melaporkan bahwa drone Rusia menghantam infrastruktur pelabuhan pada hari Sabtu (24/5).
Serangan itu juga menyebabkan kerusakan pada rumah warga, fasilitas publik dan sejumlah blok apartemen, memaksa lebih dari 100 orang, termasuk 13 anak-anak, untuk dievakuasi dari zona bahaya.
Kepala administrasi militer Kyiv, Timur Tkachenko, menyoroti taktik baru Rusia dalam mengombinasikan serangan drone dengan rudal balistik.
"Musuh meningkatkan taktiknya sendiri dalam menggunakan pesawat tanpa awak, sementara pada saat yang sama menyerang dengan balistik,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa mereka telah menembak jatuh 485 pesawat nirawak Ukraina dalam beberapa hari terakhir, termasuk yang diarahkan ke Moskow.
Pertukaran Tahanan Terbesar sejak Awal Perang
Di tengah eskalasi serangan tersebut, Ukraina dan Rusia tetap melaksanakan pertukaran tahanan besar-besaran.
Pada Sabtu (24/5), Presiden Zelensky mengumumkan bahwa 307 tahanan Ukraina telah kembali ke rumah sebagai bagian dari kesepakatan terbaru.
Pertukaran ini merupakan kelanjutan dari tahap pertama pada hari Jumat, ketika kedua negara masing-masing menyerahkan 390 tentara dan warga sipil—menjadikannya pertukaran terbesar sejak invasi dimulai.
Total, kedua pihak sepakat untuk menukar 1.000 tahanan, dengan pertukaran tambahan direncanakan pada Minggu (25/5).
Presiden Amerikan Serikat (AS) Donald Trump ikut berkomentar mengenai pertukaran tahanan tersebut di media sosial. Ia menulis bahwa proses ini “bisa mengarah pada sesuatu yang besar???”
Sebelumnya, Trump mengaku telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai perang dan menyatakan bahwa kedua pihak akan segera memulai negosiasi untuk mencapai gencatan senjata.
Namun, Kremlin belum memberikan komitmen konkret. Putin hanya menyampaikan bahwa Rusia bersedia bekerja sama dengan Ukraina untuk menyusun memorandum tentang kemungkinan perjanjian perdamaian di masa mendatang, tanpa merespons seruan gencatan senjata selama 30 hari yang diajukan komunitas internasional. (I-3)