
Pemerintah secara resmi telah meresmikan Sekolah Rakyat rintisan di Sentra Terpadu Inten Soewono, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/7). Peresmian ini berbarengan dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang hari ini sudah berlangsung di berbagai sekolah di Indonesia.
Meski dilakukan dalam waktu yang singkat, Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan bahwa dengan kolaborasi yang baik antar instansi pemerintah, Sekolah Rakyat dapat terwujud.
“Pak Menko PM bahkan sudah melakukan rapat koordinasi berulang-ulang bahkan pertama kali program ini dirilis oleh Pak Menko PM di Istana Bogor. Sejak itu kita selalu bertemu berulang dan alhamdulillah pada titik sekarang ini diresmikan,” ungkap Gus Ipul.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa belum semua peralatan Sekolah Rakyat berada di masing-masing lokasi karena terkendala pengiriman dan lain sebagainya.
“Masih ada yang di jalan dan proses sehingga nanti mungkin kalau menemukan di Sekolah Rakyat mungkin belum ada komputer atau seragam itu karena semuanya masih dalam proses,” jelasnya.
Namun demikian, secara fisik, guru, sarana dan prasarana, dan seluruh siswa Sekolah Rakyat dikatakan sudah siap.
“Kurikulum juga sudah sangat siap yang dirancang oleh Kemendikdasmen dan Kemdiktisaintek dirancang dengan sangat baik dan lengkap. Status kepegawaian juga alhamdulillah sudah dibantu dari awal oleh Kementerian PANRB dan BKN sehingga clear status kepegawaian dari tenaga kependidikan maupun kepala sekolah di lingkungan Sekolah Rakyat,” ujar Gus Ipul.
Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar, menambahkan bahwa pada awal Agustus nanti, Presiden Prabowo Subianto akan meresmikan Sekolah Rakyat yang akan berada di 100 titik di seluruh Indonesia.
“Alhamdulillah hari ini masa pengenalan sekolah dimulai dan InsyaAllah sampai awal Agustus akan ada 100 titik dan akan diresmikan oleh Bapak Presiden secara langsung. Saya berharap Sekolah Rakyat ini menjadi inspirasi semua sekolah untuk benar-benar menjadi bagian integral dari cara cepat menanggulangi kemiskinan di Tanah Air kita,” ucap Muhaimin.
Di lain pihak, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa pihaknya sudah melakukan Cek Kesehatan Gratis pada para siswa Sekolah Rakyat dan menemukan beberapa permasalahan kesehatan.
“Kita sudah lakukan cek kesehatan dan ada 18 masalah kesehatan. Paling banyak gigi, kemudian mata, jadi mesti dikasih kacamata kalau enggak nanti belajarnya kasihan, sama ada juga yang kaget prahipertensinya lumayan. Jadi nanti anak-anak ini akan kita urus supaya enggak pernah sakit kalau perlu selama sekolah,” tegas Budi.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB), Rini Widyantini menekankan bahwa pengisian kepegawaian guru telah diretribusi dari guru yang sudah ada dan juga telah dilakukan pendaftaran serta memanfaatkan guru honorer yang lulus PPG.
“Jadi sudah ada sekitar 1.554 guru yang sudah kita sediakan,” urainya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti menambahkan bahwa untuk memilih calon peserta didik, basis datanya adalah data tunggal sosial ekonomi nasional (DTSEN) dan diutamakan desil I dan juga diutamakan anak-anak yang belum pernah sekolah serta tidak bersekolah lagi.
“Selain itu, lokasi-lokasi Sekolah Rakyat juga sudah kami padankan dengan kantong kemiskinan dan ternyata mayoritas Sekolah Rakyat berlokasi di kota/kabupaten yang jumlah orang miskinnya banyak,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Formatur Sekolah Rakyat, M. Nuh menegaskan bahwa Sekolah Rakyat adalah sekolah yang tidak memakai tes namun menggunakan pemetaan.
“Ada tiga pemetaan yang kita lakukan yaitu pemetaan jasmani termasuk kesehatan, psikososial, dan akademik. Dari pemetaan itu kita jadikan baseline baru masuk proses pendidikan yang akan kita ukur kenaikannya. Setiap anak kita ukur kenaikannya sehingga dari situ kita ingin memastikan dari talenta mapping yang sudah ada, anak-anak bisa cepat mencapai cita-citanya,” jelas Nuh.
“InsyaAllah dengan proses berasrama itu mereka kita lengkapi tidak hanya pendidikan karakter semata, tapi ada life skill yang harus kita tambahkan di situ sehingga dia punya kompetensi sangat beragam, termasuk di dalamnya kompetensi digital,” tandasnya. (H-1)