
ANGKA stunting atau kekurangan gizi yang menimpa balita di Kota Depok, Jawa Barat masih tinggi. Pemerintah daerah setempat terus melakukan intervensi dengan pendekatan gizi spesifik untuk menurunkan kasus tersebut.
Intervensi spesifik stunting dilakukan sebelum dan setelah kelahiran untuk memastikan agar angka tengkes di wilayah Kota Depok tidak meningkat.
Kepala Dinas Kesehatan Depok, Mary Liziawati mengatakan Tapos menjadi kecamatan dengan jumlah kasus tertinggi. "Dengan jumlah stunting kurang lebih 500 kasus," katanya, dikutip Jumat (27/6).
Menurut dia, selama ini Pemerintah Kota (Pemkot) Depok terus mengampanyekan zero new stunting. Namun, jumlah balita yang menderita kekurangan gizi di Kota Depok khususnya di Tapos masih tinggi.
"Penyebab stunting karena kekurangan gizi atau nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama."
Mary mengatakan, anak-anak yang menderita stunting berusia antara enam bulan hingga lima tahun. Untuk mengatasi permasalahan itu, Dinkes Depok kini rutin mengadakan edukasi tentang kesehatan dan pemberian gizi anak.
“Kami memberikan edukasi kepada para ibu balita terkait dengan bagaimana memberikan ASI eksklusif, kemudian memberikan makanan tambahan,” ujarnya.
Mary juga mengajak seluruh elemen masyarakat, baik dari pemerintah dan swasta untuk melakukan pencegahan stunting. "Pencegahan stunting perlu melibatkan peran aktif masyarakat, memastikan pemenuhan gizi sejak masa kehamilan, memberikan ASI eksklusif, memberikan makanan pendamping ASI yang bergizi, serta memastikan kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat," tandasnya. (KG/P-2)