Piala Presiden harus Menjadi Milik Semua

8 hours ago 6
Piala Presiden harus Menjadi Milik Semua Pesepak bola Arema FC dan ofisial tim berselebrasi usai berhasil keluar sebagai juara Piala Presiden 2024.(Antara)


GEGAP gempita dan sorak sorai penonton di Stadion Jalak Harupat Bandung, Jawa Barat, hanya bisa disaksikan oleh Warsito, seorang pedagang lumpia goreng asal Surabaya, Jawa Timur, melalui layar televisi.

Tatap matanya kosong melihat pertandingan antara Persib Bandung melawan Oxford United. Walau kedua tim tersebut bukan tim favoritnya, Warsito hanya ingin menghilangkan rasa rindunya pada pertandingan Piala Presiden seperti sebelumnya ketika tim favoritnya Persebaya Surabaya ikut bertanding.

Warsito patut rindu. Piala Presiden yang biasanya menjadi lahan empuk untuk berjualan lumpia goreng di sekitar Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, kini tidak bisa ditemuinya lagi.

Konsep Piala Presiden 2025 yang hanya mempertemukan juara bertahan Arema Malang dan Juara Liga 1 Persib Bandung serta tim tamu Oxford United, Port FC, ISL All Star dan Dewa United, melenyapkan impian Warsito untuk bisa berjualan di GBT. 

Semua pertandingan digelar di Bandung. Padahal harapan Warsito konsep Piala Presiden seperti tahun-tahun sebelumnya dimana Tim Liga 3, Liga 2 dan sejumlah tim favorit seperti Persebaya Surabaya ikut bertanding.

TINGGAL KENANGAN
Namun sejak konsep Piala Presiden Tahun 2025 diubah, Warsito tidak lagi bisa berjualan lumpia favorit suporter GBT. Keuntungan yang didapatkan setiap ada pertandingan Persebaya kini tinggal kenangan. 

“Saya rindu seperti dulu, pertandingan digelar di sejumlah kota, karena yang bertanding tidak hanya lima saja tapi semua tim pilihan ikut serta dalam Piala Presiden,” kata Warsito memendam kesedihan.

Dia menceritakan bukan saja GBT favoritnya berjualan saat Piala Presiden, tapi stadion lain apakah itu Kanjuruhan Malang, Delta Surya Sidoarjo atau Surajaya Lamongan juga kerap menjadi lokasi berjualan. 

Kenapa sekarang tidak ke Bandung, Warsito mengakui tidak mungkin biaya transportasi dan biaya hidup tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh. “Terlalu jauh mas kalau ke Bandung, kalau Malang atau Lamongan masih dekat,” katanya. 

Keinginan Warsito kini tidak lain, PSSI atau operator event Piala Presiden mengubah konsep seperti tahun-tahun sebelumnya, agar UMKM di sejumlah daerah ikut merasakan kebahagian sebagaimana dinikmati UMKM di Bandung. 

Kini Warsito hanya bisa melihat dari televisi di setiap event Piala Presiden. Lumpia makanan favorit suporter juga hanya bisa dijual keliling dari kampung ke kampung, tidak lagi di stadion ke stadion lainnya. 

KEGUNDAHAN UMKM
Kegundahan Warsito bagian kecil dari ribuan, bahkan, ratusan ribu UMKM di daerah yang merana karena Piala Presiden pada 2025 dipusatkan hanya di Bandung. Padahal sebelumnya Piala Presiden digelar di sejumlah daerah dengan sistem pertandingan home away.

Operator Piala Presiden hendaknya bisa menjadikan kegundahan UMKM di daerah sebagai aspirasi dan masukan berharga. Mereka juga memiliki kepedulian terhadap event tersebut dan mereka juga memiliki keinginan meningkatkan taraf hidup mereka melalui Piala Presiden. 

Pemerataan event Piala Presiden sudah seharusnya dikembalikan seperti tahun sebelumnya. Tim-tim kasta rendah dan tinggi dilebur menjadi satu dan sekaligus menjadi ajang uji coba sebelumnya Kompetisi dimulai.

“Sudah saatnya event sebesar Piala Presiden dirasakan bersama seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya UMKM dalam satu daerah tapi juga wilayah lain, termasuk dirasakan pemain,” kata pengamat sepak bola Ibnu Graham. 

Bukan hanya UMKM yang ingin merasakan atmosfer Piala Presiden, kata Ibnu, tapi tim-tim Liga 1, Liga 2 dan Liga 3 yang pernah dilibatkan juga ingin merasakan hal yang sama. 

“Asas pemerataan dan keadilan perlu diterapkan, keinginan Presiden Prabowo bahwa olahraga bisa dirasakan semua lapisan masyarakat,” ujar mantan pemain Persebaya ini. 

Tim yang sudah merekrut pemain untuk kompetisi memiliki keinginan melihat kualitas pemainnya. Ajang Piala Presiden menjadi satu satunya uji coba yang pas melihat kualitas pemain yang dimiliki.

Ketika mereka tidak dilibatkan lagi, Ibnu mengakui tim-tim lain akhirnya secara liar mencari tim lawan untuk uji coba sendiri. “Padahal, jika Piala Presiden mereka bisa bertanding dengan juara liga dan tim-tim besar,” katanya. 

MEMATIKAN GAIRAH BERBISNIS
Saat Piala Presiden tersentral di satu daerah, hilang gairah berbisnis dan bermain. Guru Besar Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga Surabaya Prof. Dr. Imron Mawardi mengungkapkan, PSSI tidak boleh mematikan gairah bisnis dan gairah bertanding pemain. 

UMKM kini menjadi lesu, pemain yang direkrut tim juga tidak merasakan ketatnya pertandingan di Piala Presiden. Apalagi kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih, sekecil apapun event olahraga menjadi vitamin bagi mereka. 

Perputaran uang di Piala Presiden tidak boleh hanya fokus di satu daerah saja tapi harus semua daerah yang menjadi tuan rumah Piala Presiden. “Perputaran uang Piala Presiden jumlahnya sangat besar ratusan miliar, ini potensi ekonomi yang tidak dianggap remeh,” kata Imron. 

Apalagi keinginan Presiden Prabowo juga cukup besar dalam hal ekonomi kerakyatan. Maka Piala Presiden salah satu event yang bisa mengangkat ekonomi kerakyatan, dimana semua terlibat, apakah itu pemain, UMKM, ojek online serta sektor ekonomi lainnya bergerak semua. “Sudah saatnya Piala Presiden menjadi milik semua,” ungkapnya Imron.

Solusi terbaik tidak lain mengembalikan format Piala Presiden seperti sebelumnya agar bisa dirasakan semua, pemain suporter termasuk para pelaku UMKM di daerah. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |