Permintaan Meningkat, Sektor Gas Ikut Percepat Transisi Energi

7 hours ago 3
Permintaan Meningkat, Sektor Gas Ikut Percepat Transisi Energi Sambutan Pembukaan IndoGas 2025 oleh Aris Mulya Azof, IGS Chairman(Dok IndoGas 2025)

BERDASARKAN data International Energy Agency, pada 2024 terdapat 40% peningkatan permintaan energi global yang dipenuhi gas alam sehingga menjadikannya sebagai sumber energi nomor satu. 

Pada saat yang sama, masyarakat dunia harus terus berada pada jalur pengurangan emisi melalui langkah nyata serta memanfaatkan seluruh solusi yang tersedia.

“Sangat penting bagi kita untuk bergerak lebih cepat dan lebih dalam mempercepat dekarbonisasi sistem energi global. Sektor gas, bersama seluruh teknologi relevan, gas alam, gas hijau, dan solusi inovatif, amat penting untuk mengikuti laju dan mempercepat transisi energi ini. 
Industri gas merupakan bagian dari solusi penting menuju masa depan rendah karbon dengan menyediakan sumber energi fosil paling bersih yang tersedia, terjangkau, dan andal saat ini," ungkap Wakil Presiden International Gas Union Andreas Stegher.

Itu sebabnya, Andreas menilai IndoGAS 2025 sebagai forum strategis dua tahunan yang mempertemukan pemimpin dari sektor pemerintahan, BUMN, pelaku industri, akademisi, hingga mitra internasional untuk membahas arah kebijakan, peluang pasar, dan strategi kolaboratif menuju sistem energi yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.

"Di tengah tantangan transisi energi global, konferensi ini jadi ruang penting guna memperkuat pemahaman bersama dan mendorong peran gas pada sistem energi masa depan," ungkap Andreas.

Menurut dia, transisi energi masa depan memerlukan pendekatan yang tak hanya idealistik, tetapi juga realistis. "Model hibrida yang menggabungkan pembangkit berbasiskan gas, energi terbarukan seperti PLTS, dan penyimpanan baterai, telah diterapkan di berbagai negara sebagai solusi sistem energi yang tangguh, adaptif, dan berkelanjutan," tuturnya.

Ketua Indonesia Gas Society Aris Mulya Azof berpandangan Indonesia telah mengadopsi pendekatan tersebut melalui berbagai proyek strategis seperti FSRU Jawa Satu, program dedieselisasi, program gasifikasi, dan rencana integrasi baterai dalam sistem energi baru terbarukan (EBT).

"Strategi ini lahir dari pemahaman atas kondisi geografis dan sosial-ekonomi nasional agar dapat mewujudkan sistem energi inklusif berbasis keadilan energi," ucapnya.

Ia melanjutkan sebagai negara dengan posisi yang strategis di kawasan, Indonesia juga mendorong pendekatan kolaboratif dalam transisi energi. Melalui sinergi antara gas dan energi terbarukan, kawasan Asia-Pasifik memiliki peluang besar mempercepat pencapaian target net zero, tanpa mengorbankan keandalan pasokan atau keterjangkauan.

“Kebutuhan energi nasional tidak bisa ditunda, sementara transisi ke energi terbarukan tidak bisa dipercepat tanpa fondasi kuat. Di tengah pertumbuhan industri, lonjakan permintaan listrik, dan komitmen target net zero, gas adalah satu-satunya energi yang mampu memenuhi kebutuhan jangka pendek serta mendukung keberlanjutan jangka panjang," ucap dia.

Ia menilai saat ini tantangannya bukan hanya soal pasokan, tetapi juga bagaimana membangun infrastruktur, menghubungkan cadangan di wilayah terpencil ke pusat permintaan, serta menciptakan ekosistem kebijakan yang memungkinkan gas berperan maksimal menuju net zero.

"Saya menilai disinilah peran sentral IndoGAS 2025 sebagai forum yang strategis mempertemukan pemangku kepentingan lintas sektor, memperkuat narasi bahwa gas adalah pilar tak terpisahkan dari transisi."

"Di tengah urgensi pencapaian dekarbonisasi secara adil dan realistis, IndoGAS 2025 juga jadi ruang untuk memperluas kolaborasi, mempercepat adopsi teknologi rendah karbon, serta menjadikan gas sebagai fondasi transformasi energi yang relevan bagi Indonesia dan kawasan," ucapnya. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |