Performa Rumah Tapak dan Pergudangan masih Positif

1 week ago 11
Performa Rumah Tapak dan Pergudangan masih Positif Kawasan pergudangan di Makasar(Antara)

INDUSTRI properti di Indonesia tengah menghadapi tantangan besar di tengah kondisi ekonomi yang penuh ketidakpastian. Meskipun banyak sektor mengalami stagnasi, sub-sektor tertentu seperti landed house dan logistik pergudangan masih menunjukkan performa yang positif.

"Industri properti secara keseluruhan memang sedang menghadapi tantangan, tetapi sub-sektor tertentu masih tetap bertahan. Oleh karena itu, kita harus lebih cermat melihat peluang," ujar Ketua Yayasan Synergy Indonesia, Ishak Chandra, di Jakarta Jumat (7/3).

Menurut dia, salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi tantangan perumahan adalah program tiga juta rumah. Program ini dianggap sebagai langkah yang tepat, asalkan mekanismenya berjalan dengan baik.

"Jika program ini benar-benar dijalankan tanpa menggunakan APBN dan pembelinya adalah masyarakat yang benar-benar membutuhkan, maka ini bisa menjadi solusi. Namun, jika rumah-rumah ini justru dibeli oleh investor, maka dampaknya tidak akan maksimal," tambahnya.

Tantangan lain dalam sektor perumahan adalah daya beli masyarakat menengah ke bawah yang masih rendah. Meskipun program perumahan murah sudah tersedia, banyak masyarakat yang tetap tidak mampu menjangkaunya.

"Backlog perumahan di Indonesia mencapai 9 hingga 10 juta unit. Namun, sebagian besar dari mereka yang membutuhkan rumah tetap tidak mampu membelinya meskipun harganya murah. Jadi, perlu ada skema insentif dan partisipasi perbankan untuk memastikan program ini benar-benar berjalan," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Founder Group Synergy Developer Indonesia, Ismet Natakarmana, menyampaikan bahwa Synergy Developer Indonesia, yang bermula dari grup komunitas informal di WhatsApp, kini telah berkembang dan bertransformasi menjadi Yayasan Synergy Bangun Indonesia. 

Komunitas ini awalnya menjadi wadah bagi para pengembang properti untuk berjejaring, tetapi kini telah meluas ke berbagai sektor seperti perbankan, bahan bangunan, arsitektur, desain interior, hingga restoran.

“Di sini, tidak ada sekat. Semua orang datang bukan sebagai ‘bos besar’, tetapi sebagai individu yang ingin berbagi pengalaman, peluang, serta melakukan aksi sosial,” ujar Ismet, salah satu pendiri Synergy Indonesia.

Selain berjejaring, komunitas ini juga memiliki berbagai kegiatan berbasis minat seperti Synergy Ngopi untuk diskusi santai, Synergy Golf dan Synergy Billyard untuk olahraga, serta Synergy Gowes bagi para pecinta sepeda.

“Developer A bisa bertemu dengan Developer B. Pebisnis dari satu sektor bisa berdiskusi dengan pebisnis lain, yang biasanya sulit bertemu karena persaingan. Tapi di Synergy, mereka bisa duduk bersama tanpa harus merasa bersaing,” tambah Ismet.

Saat ini, Synergy Indonesia memiliki 18 sub-komunitas dan terus berkembang. “Sejak awal, tujuan kita adalah menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anggota. Jika mereka merasa nyaman, diharapkan mereka bisa berkontribusi lebih luas,” tutupnya. (Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |