
KALANGAN penggemar tangkis Indonesia melontarkan keluhan terhadap Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) periode 2024-2028. Seperti diketahui, Kepemimpinan PBSI di bawah Ketua Umum M Fadil Imran hampir berusia 100 hari.
Salah satu visi Fadil Imran sebagai Ketua Umum PP PBSI menjadikan bulu tangkis sebagai sumber kebahagiaan dan kegembiraan masyarakat Indonesia. Visi ini diusung untuk membawa prestasi bulu tangkis Indonesia kembali berjaya di tingkat dunia. Namun jelang 100 hari masa kepemimpinannya, penggemar badminton menilai hal itu belum tercipta.
Tim Indonesia sempat menjuarai Kejuaraan Bulu Tangkis Beregu Campuran Asia 2025 setelah mengalahkan Tiongkok di final.
Hanya saja, hasil itu dinilai belum terlalu menggembirakan bagi penggemar bulu tangkis alias Badminton Lovers (BL) Indonesia. Pasalnya, raihan di turnamen beregu itu tidak diikuti dengan prestasi di nomor perseorangan seri Tur BWF.
CMO Badmintalk Virgiawan Alfianto mengungkapkan jika kebahagiaan di bulu tangkis itu bisa dikategorikan di dua sisi. Pertama kebahagiaan saat bermain dan kedua ketika atlet Indonesia juara. Badmintalk merupakan akun badminton yang diikuti 1,1 juta pengikut di Instagram dan 733 ribu di X.
"Ini berdampak langsung ke teman-teman komunitas bulu tangkis yang suka mabar (main bareng). Apalagi ketika ada atlet Indonesia yang menang dan juara," ucap Virgiawan.
Menurut dia, banyak yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan sisi kebahagiaan yang pertama, termasuk ketersediaan lapangan bulu tangkis.
"Sekarang banyak anggota komunitas yang hanya tertarik bermain bulu tangkis saja, tidak tertarik menonton karena prestasi kita saat ini bisa dibilang sedang gersang. Padahal komunitas bulu tangkis ini garda terdepan untuk memasyarakatkan bulu tangkis."
Menurutnya, langkah PBSI dengan membuat jabatan struktural Subbid Pengembangan Komunitas disambut baik oleh anggota-anggota komunitas.
"Namun sayang, sampai 100 hari ini belum ada kejelasan program komunitas yang dilakukan akan seperti apa. Apalagi bicara dampak yang bisa diharapkan. Badmintalk dengan banyak anggota komunitas yang tersebar di berbagai kota di Indonesia siap membantu PBSI apabila ada program untuk komunitas," katanya.
Selain itu, masih banyak sisi yang bisa dibenahi seperti menyesuaikan harga tiket turnamen dengan prestasi serta fasilitas yang didapatkan. Kemudian menyediakan TV nasional yang menayangkan program bulu tangkis hingga memberikan akses kepada pengelola akun medsos dengan pengikut yang banyak.
Muhammad Hifni Farhan Mubarok Malik yang mengelola akun Instagram ina_badminton sejak 2015 juga menyuarakan hal serupa. Menurut Farhan, kebahagiaan penggemar dan pelaku komunitas media sosial bulu tangkis Indonesia belum dirasakan. Apalagi, PBSI sebagai induk olahraga dianggap masih memandang sebelah mata terhadap pegiat-pegiat medsos bulu tangkis Indonesia.
Farhan mengaku selalu menyisihkan pendapatannya untuk bisa hadir di turnamen akbar badminton yang diselenggarakan di Jakarta, seperti Indonesia Open atau Indonesia Master.
"Harga tiketnya selalu mahal. Bahkan saya menginap di masjid untuk menghemat biaya," ujarnya.
Bahkan, kata dia, dengan paceklik prestasi yang terjadi saat ini pengelola medsos badminton harus bekerja keras supaya bulu tangkis tidak ditinggalkan oleh para penggemar.
"Kami ini tidak digaji. Kami juga bukan pesaing akun medsos PBSI. Kami ini hanya akun kecil yang murni dari badminton lovers yang cinta bulu tangkis Indonesia. Mengabarkan soal dunia bulu tangkis secara totalitas tidak bisa dibayar dengan apapun," ungkapnya.
Terpisah, Pengurus Bidang Humas PBSI Dadi Krismantono menjelaskan federasi berusaha untuk mendengarkan kritik dan keluhan dari berbagai pihak perihal dinamika di ranah prestasi maupun penyelenggaraan turnamen.
Menurutnya, PBSI terus berusaha untuk mengerjakan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih kurang, terutama dalam ranah yang memang bisa mereka jangkau.
"Ini faktor kompleks, faktornya banyak, nah kami kerjakan apa yang bisa kami kerjakan di ranahnya PBSI. Misalkan harga tiket tak dinaikan, ada perbaikan dan kemudahan dalam membeli tiket," kata Dadi.
Dia mengatakan PBSI melakukan perbaikan pada ranah yang bisa dijangkau dalam lingkup pengurus. Soal prestasi, ujarnya, ada banyak faktor yang bisa berpengaruh.
"Sekarang ada momentum (pebulu tangkis Indonesia meraih prestasi) di Thailand Masters dan Badminton Asia Mixed Team Championship kemarin. Harapannya, tren ini juga bisa kembali mengundang animo masyarakat," ujarnya.
"Kami mendengarkan dan mengamati (keluhan fans). Kami coba kerjakan yang bisa kami kerjakan," tambahnya. (M-3)