
SEORANG remaja laki-laki berusia 15 tahun ditangkap setelah diduga menjadi pelaku penembakan terhadap calon presiden Kolombia, Miguel Uribe Turbay, 39, dalam sebuah acara kampanye di Bogota pada Sabtu (7/6) lalu.
Remaja tersebut melepaskan tembakan dari belakang, mengenai kepala dan dada Uribe, sebelum akhirnya berhasil dilumpuhkan oleh pengawal dan warga sipil di lokasi kejadian.
Direktur Kepolisian Nasional Kolombia, Carlos Fernando Triana menyatakan bahwa pelaku juga mengalami luka dalam kejadian tersebut dan sedang mendapat perawatan medis.
"Sementara pelaku yang turut mengalami luka kini tengah menjalani perawatan medis," katanya seperti dilansir Al Jazeera Senin (9/6).
Kantor Kejaksaan Agung mengonfirmasi bahwa remaja tersebut membawa senjata api jenis Glock 9 mm saat melakukan serangan.
Dua orang lainnya, seorang pria dan seorang wanita, turut menjadi korban luka dalam insiden itu, meskipun belum ada rincian lebih lanjut mengenai identitas mereka.
Sejumlah saksi mata menggambarkan momen mencekam ketika sang pelaku melepaskan tembakan dari belakang Uribe.
Penyelidikan masih berlangsung untuk memastikan apakah pelaku bertindak sendiri atau memiliki kaki tangan. Hingga kini, motif penyerangan belum diketahui. Pihak berwenang juga menyatakan bahwa tidak ada ancaman spesifik terhadap Uribe sebelum kejadian tersebut.
Kolombia dikenal memiliki sejarah panjang kekerasan politik, termasuk pembunuhan terhadap lima calon presiden pada dekade 1980-an dan 1990-an, yang dilakukan oleh kartel narkoba, paramiliter, atau musuh politik.
Salah satu kasus paling terkenal adalah pembunuhan terhadap Luis Carlos Galán pada tahun 1989, seorang kandidat presiden yang dikenal karena sikap antikorupsi dan penolakannya terhadap perdagangan narkoba.
Meskipun perjanjian damai pada 2016 dengan kelompok gerilya FARC sempat membawa harapan akan stabilitas, kekerasan masih kerap muncul, terutama menjelang momen-momen politik penting.
Serangan terhadap Uribe telah menuai kecaman luas baik dari dalam maupun luar negeri. Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menyampaikan belasungkawa dan menegaskan akan mengerahkan segala sumber daya untuk mengungkap fakta di balik penembakan tersebut.
“Yang terpenting saat ini adalah semua warga Kolombia fokus dengan energi hati kita, dengan keinginan kita untuk hidup untuk memastikan bahwa Dr Miguel Uribe tetap hidup,” kata Petro.
Dalam pernyataan lainnya, Petro menyebut insiden ini sebagai serangan tidak hanya terhadap dirinya, tetapi juga terhadap demokrasi, kebebasan berpikir, dan pelaksanaan politik yang sah di Kolombia.
“Hargai kehidupan, itu garis merahnya. Solidaritas saya (adalah) dengan keluarga Uribe dan keluarga Turbay. Saya tidak tahu bagaimana meringankan penderitaan mereka,” tulis Petro di platform X.
Menteri Pertahanan Pedro Sanchez pun segera mengerahkan kekuatan militer dan intelijen untuk menyelidiki serangan ini. Ia juga mengumumkan hadiah sebesar 3 miliar peso Kolombia (sekitar $730.000) bagi siapa pun yang memiliki informasi tentang penembakan tersebut.
Dari Washington, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan kecaman keras dan menyebut insiden tersebut sebagai ancaman langsung terhadap demokrasi.
Ia turut menuntut agar Presiden Petro mengurangi retorika yang menghasut dan meningkatkan perlindungan terhadap para pejabat publik.
Kecaman juga datang dari para pemimpin Amerika Latin. Presiden Chile Gabriel Boric menyatakan, tidak ada ruang atau pembenaran untuk kekerasan dalam demokrasi, sementara Presiden Ekuador Daniel Noboa menentang segala bentuk kekerasan dan intoleransi.
Keduanya mengungkapkan solidaritas kepada keluarga Uribe. (Fer/I-1)