Pendidikan Politik Dorong Generasi Muda Jadi Pemimpin Melayani

17 hours ago 7
Pendidikan Politik Dorong Generasi Muda Jadi Pemimpin Melayani Ilustrasi(Dok Golkar Institute)

DI tengah krisis kepercayaan publik pada politik nasional, sekelompok generasi muda menunjukkan perubahan tidak akan lahir dari kenyamanan. Melalui program Executive Education for Young Political Leaders (YPL) angkatan ke-18 yang diselenggarakan Golkar Institute, bibit-bibit baru pemimpin bangsa mulai mengambil posisi untuk berani berpikir berbeda dan berani bertindak.

Program ini digagas sebagai jawaban atas kebutuhan regenerasi politik nasional. Bukan hanya mengajarkan teori, melainkan membentuk pemimpin yang tak takut keluar dari pola lama, tidak takut belajar dari rakyat, dan tidak takut menghadapi tantangan masa depan.

Selama enam hari intensif, peserta dibekali materi tentang resiliensi ekonomi, geopolitik, good governance, dan komunikasi politik strategis.
Satu kelompok berhasil mencuri perhatian, dinobatkan sebagai kelompok terbaik lantaran kedalaman analisis, kekompakan, dan keberanian dalam menggagas perubahan nyata.

Kelompok ini yaitu, Reliza Onidema Miskatu Fitri (Bengkulu), Hendi Suryo Leksono (Jawa Timur), Bagas Satya Indrana (Jawa Tengah), M Arief Rosyid Hasan (DKI Jakarta), dan Aldino Martova (Sumatera Utara). Pada diskusi kelompok, Reliza Onidema Miskatu Fitri mengatakan dirinya tidak ingin hanya mewarisi politik seperti yang ada hari ini. "Kami ingin membangunnya ulang, lebih bersih, lebih jujur, serta lebih dekat dengan rakyat," ujar dia.

Semangat meninggalkan zona nyaman diperkuat oleh Hendi Suryo Leksono. Menurut Hendi, perubahan tidak akan datang dari mereka yang nyaman di kursinya. "Perubahan datang dari mereka yang bersedia turun, belajar, dan juga bertarung untuk masa depan," ucap dia.

Tidak berhenti pada wacana, Bagas Satya Indrana menyoroti pentingnya aksi nyata di tengah tantangan politik masa kini. "Kami memilih untuk tidak hanya belajar tentang politik. Kami memilih untuk menghidupkannya, dengan hati, keberanian, dan kerja nyata."

Di sela sesi refleksi, M Arief Rosyid Hasan mengingatkan soal esensi kepemimpinan yang sejati. Menurut dia, mereka yang berhenti belajar, akan berhenti memimpin. "Politik bukan tentang siapa yang paling keras bersuara, tetapi siapa yang paling dalam memahami rakyat," ucapnya.

Pada penutupan program, Aldino Martova yang mewakili kelompok terbaik menegaskan makna reformasi bagi diri mereka. "Ketika banyak orang bicara soal reformasi, kami memilih untuk menjadi reformasi itu sendiri," ucapnya.

Ketua Harian Golkar Institute TB Ace Hasan Syadzily mengatakan kiprah generasi muda ini jadi bukti bahwa politik masa depan harus dibangun dengan semangat melayani, bukan sekadar mempertahankan kekuasaan. "Kami membutuhkan anak muda yang tidak hanya memahami teori demokrasi, tetapi mampu mempraktikkannya dalam karya nyata," kata dia.

Dia menambahkan Golkar Institute, melalui program tersebut mengirimkan pesan tegas bahwa masa depan politik Indonesia berada di tangan mereka yang tidak takut berbeda, tidak takut belajar, dan tidak takut berjuang.
Penutupan Executive Education for Young Political Leaders Angkatan ke-18 pada Sabtu (26/4) itu, melibatkan 50 peserta terpilih dari berbagai daerah di Indonesia.

"Para lulusan diharapkan jadi agen perubahan yang menghidupkan kembali harapan rakyat terhadap wajah baru politik nasional," tutup Ace Hasan. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |