
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Tulungagung, Jawa Timur, memastikan stok beras di daerah tersebut masih cukup walaupun tren surplus padi dalam lima tahun turun.
"Meski surplus beras menurun, produksi padi di Tulungagung masih aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," ujar Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo dikutip Selasa (8/4).
Ia mengatakan pemerintah daerah berkomitmen menjaga ketahanan pangan. Itu menurutnya sesuai instruksi Presiden Prabowo Subianto yang melarang alih fungsi lahan pertanian.
Wilayah Pakel dikenal sebagai salah satu sentra produksi padi di Tulungagung. Dalam panen serentak tersebut, hasil produksi sawah mencapai 10,8 ton gabah per hektare (ha).
Berdasarkan data Dinas Pertanian, produksi padi Tulungagung pada 2020 tercatat sebesar 291.568 ton dengan surplus beras mencapai 203.046 ton.
Namun pada 2023, produksi turun menjadi 285.439 ton dan surplus menyusut menjadi 75.067 ton.
Hingga Maret 2025, produksi padi daerah ini baru mencapai 58.096 ton dengan surplus sekitar 11.037 ton. Gatut mengungkapkan, penurunan surplus tidak lepas dari tantangan perubahan fungsi lahan sawah, terutama yang hanya ditanami sekali dalam setahun.
"Untuk meningkatkan produksi, kami akan membangun sumur irigasi di lahan sawah tadah hujan," ucap dia.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tulungagung kini melakukan pendataan sawah kering untuk mendukung pembangunan sumur irigasi tersebut.
Sedangkan untuk meningkatkan kualitas pengolahan lahan, pemilihan benih unggul, pemenuhan pupuk hingga efisiensi saat panen.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tulungagung Suyanto menyebutkan, penurunan surplus juga dipengaruhi oleh alih fungsi lahan sawah ke sektor lain seperti perikanan, peternakan, bahkan perumahan.
"Banyak petani mengalihkan sawah mereka ke komoditas lain yang dianggap lebih menguntungkan," kata dia.
Untuk mengatasi hal itu, Pemkab Tulungagung terus melakukan sosialisasi kepada petani agar tetap mempertahankan tanaman padi di lahan sawah mereka. (Ant/H-4)