
WAKIL Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot mengungkapkan pemerintah Indonesia tengah mengkaji tawaran impor minyak mentah dan gas alam cair (LNG) dari Rusia. Hal ini disampaikan usai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di St. Petersburg pada 19 Juni 2025.
"Jadi itu masih akan dievaluasi. Kita lihat dulu dari berbagai pertimbangan," ungkapnya di Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, Jawa Timur, Kamis (26/6).
Pertimbangan pertama, katanya, soal ketersediaan pasokan secara berkesinambungan. Kedua, soal harga yang akan dibeli dari Rusia dan kesesuaian spesifikasi minyak dengan kilang dalam negeri menjadi faktor penting dalam pertimbangan pemerintah.
Menurut Yuliot, setiap lapangan minyak memiliki karakteristik berbeda sehingga perlu pengkajian mendalam terkait kompatibilitas minyak Rusia dengan fasilitas kilang Indonesia.
"Ini masih dipelajari, karena memang setiap lapangan beda-beda," jelasnya.
Ketika ditanya soal target realisasi kerja sama tersebut, Yuliot menjelaskan pembahasan masih berlangsung di tingkat teknis. Tim terkait sedang melakukan evaluasi menyeluruh termasuk kemungkinan kerja sama jangka panjang.
Sementara itu, untuk kebutuhan LNG, pemerintah tetap mengedepankan optimalisasi produksi dalam negeri. Namun, opsi impor tetap terbuka apabila dibutuhkan guna menjamin pasokan nasional.
Terkait situasi geopolitik global, Yuliot juga menyinggung dampak konflik Iran-Israel yang sempat memicu penutupan Selat Hormuz oleh Iran. Hal ini menjadi perhatian pemerintah karena kawasan tersebut merupakan jalur penting pengiriman energi global.
"Pengiriman energi tetap kita pantau dengan memperhatikan keamanan di Timur Tengah. Tapi dengan adanya kesepakatan damai (antara Iran dan Israel) harga minyak juga mulai berangsur turun," katanya. (H-3)