
YAYASAN Atma Jaya bersama Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya meluncurkan buku “Litani Sahaja: 75 Tahun Kardinal Suharyo” pada Jumat (11/7) di Ballroom Yustinus, Lt. 15, Kampus Semanggi, Unika Atma Jaya. Kegiatan ini digelar untuk memperingati ulang tahun ke-75 Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo, Uskup Agung Jakarta sekaligus Ketua Dewan Pembina Yayasan Atma Jaya.
Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya, Linus M. Setiadi menyampaikan bahwa buku ini bukanlah biografi, melainkan sebuah coffee table book atau galeri visual. Ide menyusun buku ini lahir dari keinginan untuk menghadirkan sesuatu yang istimewa bagi momen yang istimewa pula.
“Buku ini adalah bentuk syukur kami kepada Romo Kardinal. Namun dengan caranya sendiri, buku ini juga menjadi kado dari beliau untuk kita semua. Dari halaman ke halaman, kita bisa menemukan keteladanan dalam hidup yang bersahaja, setia, dan penuh makna. Buku ini mencoba menangkap esensi dari siapa beliau, melalui potret-potret yang berbicara tanpa banyak kata,” tuturnya.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Sumber Daya Manusia Unika Atma jaya, Dr. Yohanes Eko Adi Prasetyanto, S.Si, menyatakan bahwa kehadiran buku ini menjadi penanda penting bagi perjalanan institusi, terutama dalam meneladani nilai-nilai yang dihidupi oleh Romo Kardinal.
”Buku ‘Litani Sahaja’ bukan hanya merupakan bentuk penghormatan kepada Romo Kardinal, tetapi juga menjadi pengingat dan penanda penting dalam perjalanan Unika Atma Jaya. Melalui buku ini, kita diajak untuk meneladani nilai-nilai hidup yang beliau jalani ‘kesederhanaan, kesetiaan, dan pelayanan penuh makna’ yang sejalan dengan semangat kami dalam membentuk insan yang unggul, berintegritas, dan mengabdi bagi sesama,” jelasnya.
Romo Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Agung Jakarta, menyampaikan bahwa di usianya yang ke-75 tahun, segala sesuatu yang ia lakukan adalah demi kebaikan Gereja, bangsa, dan tanah air.
“Di usia saya yang ke-75 ini, saya menyadari bahwa semua yang saya lakukan bukan semata hasil rencana pribadi, melainkan bagian dari perutusan Tuhan. Ini adalah panggilan yang saya terima dan jalani dengan syukur, meski dengan segala keterbatasan manusiawi," kata dia.
"Saya tidak pernah membayangkan akan berada di titik ini, namun kasih setia Tuhan dan dukungan para sahabat, rekan sepelayanan, serta keluarga besar Atma Jaya telah menopang langkah saya. Terima kasih atas doa dan kebersamaan yang terus menguatkan saya dalam menjalani perutusan ini, sebuah perutusan yang sejalan dengan semangat yang melandasi Unika Atma Jaya, yaitu ‘Untuk Tuhan dan Tanah Air’,” ungkapnya.
Sebagai coffee table book, Litani Sahaja menghadirkan rangkaian foto dari berbagai masa dan tempat yang merekam jejak pelayanan Romo Kardinal, mulai dari Paroki Bintaran di Yogyakarta, Keuskupan Agung Semarang, hingga Keuskupan Agung Jakarta. Narasi visual ini menjadi jendela yang membuka kisah hidup beliau secara ringan namun tetap dalam.Judul “Litani Sahaja” sendiri dipilih karena mencerminkan karakter khas Romo Kardinal.
“Litani” adalah bentuk doa yang penuh pengulangan, bukan sebagai rutinitas kosong, tapi sebagai ikhtiar spiritual yang terus mengakar. “Sahaja” berarti sederhana. Dua kata ini menggambarkan kehidupan Romo Kardinal yang konsisten dan tidak mencari sorotan, namun berdampak besar bagi banyak orang. Dalam setiap tindakan yang diulang seperti bertemu umat, memimpin misa, menyapa dengan rendah hati terkandung spiritualitas litani yang sederhana. (H-2)