
PADA Januari 2024, Pakistan dan Iran sempat terlibat dalam ketegangan militer singkat setelah kedua negara saling meluncurkan rudal.
Namun, lebih dari satu tahun kemudian, Islamabad dengan cepat mengecam serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran yang menewaskan sejumlah jenderal dan ilmuwan terkemuka Teheran.
Dalam pernyataan tegas yang dirilis pada Jumat (13/6) Kementerian Luar Negeri Pakistan menyebut aksi Israel sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan Iran dan menilainya sebagai provokasi terang-terangan.
“Masyarakat internasional dan Perserikatan Bangsa-Bangsa bertanggung jawab untuk menegakkan hukum internasional, menghentikan agresi ini segera, dan meminta pertanggungjawaban agresor atas tindakannya,” tegas kementerian tersebut dikutip Al Jazeera, Rabu (18/6).
Kekhawatiran Islamabad
Serangan balasan antara Israel dan Iran telah memasuki hari keenam dan menyebabkan kekhawatiran besar di Islamabad, mengingat hubungan bilateral yang rumit dengan Teheran dan potensi meluasnya pengaruh militer Israel ke wilayah yang dekat dengan perbatasan Pakistan.
Lebih dari 220 orang di Iran dilaporkan tewas akibat serangan Israel, sementara serangan rudal Iran ke Israel telah menyebabkan lebih dari 20 kematian serta kerusakan infrastruktur signifikan.
Pakistan, yang memiliki garis perbatasan sepanjang 905 kilometer dengan Iran di wilayah barat daya Balochistan telah menutup lima titik perlintasan sejak 15 Juni.
Langkah ini merupakan bentuk kekhawatiran terhadap potensi gangguan keamanan, terutama terkait kelompok bersenjata lintas batas.
Ketegangan Perbatasan
Menurut Naeem Ahmed Asisten komisaris di kota perbatasan Taftan, lebih dari 500 warga Pakistan, termasuk pelajar dan peziarah, telah kembali dari Iran dalam beberapa hari terakhir.
"Pada hari Senin, kami memiliki 45 mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di berbagai lembaga Iran yang kembali ke Pakistan. Hampir 500 peziarah juga kembali melalui perbatasan Taftan,” ujar Naeem kepada Al Jazeera.
Taftan, yang terletak di distrik Chaghi, juga dikenal sebagai lokasi uji coba nuklir Pakistan pada 1998 dan memiliki cadangan tambang emas serta tembaga.
Riwayat konflik
Ketegangan antara kedua negara bukan hal baru. Pada Januari 2024, Iran meluncurkan rudal ke wilayah Pakistan, menargetkan kelompok separatis Jaish al-Adl. Pakistan merespons dengan serangan balasan terhadap tempat persembunyian kelompok separatis Baloch di Iran.
Namun, dalam konflik terbaru antara Israel dan Iran, Pakistan menegaskan kesiapan untuk menjadi fasilitator perdamaian.
Dalam pidatonya di parlemen, Menteri Luar Negeri Ishaq Dar menyampaikan bahwa Islamabad telah menjalin komunikasi dengan Teheran.
“Menteri luar negeri Iran (Abbas Araghchi) mengatakan kepada saya bahwa jika Israel tidak melakukan serangan lagi, mereka siap untuk kembali ke meja perundingan,” kata Dar.
"Kami telah menyampaikan pesan ini ke negara-negara lain, bahwa masih ada waktu untuk menghentikan Israel dan membawa Iran kembali ke meja perundingan," sebutnya.
Kekhawatiran keamanan
Menurut para analis, keputusan untuk menutup perbatasan juga dipengaruhi oleh kekhawatiran akan infiltrasi kelompok bersenjata Baloch seperti Tentara Pembebasan Balochistan (BLA) dan Front Pembebasan Balochistan (BLF) yang memiliki jejak di wilayah perbatasan Iran-Pakistan.
"Ada kekhawatiran besar di Pakistan bahwa jika perang meningkat, anggota kelompok bersenjata seperti BLA dan BLF, yang banyak di antaranya tinggal di wilayah perbatasan Iran, mungkin akan mencoba dan mencari perlindungan di dalam Pakistan dengan melintasi batas-batas yang sangat keropos,” kata Abdul Basit, peneliti di S. Rajaratnam School of International Studies, Singapura.
Pengalaman Afghanistan
Kekhawatiran lain yang muncul adalah potensi masuknya pengungsi dalam jumlah besar, seperti yang terjadi saat konflik di Afghanistan.
Sejak Taliban mengambil alih Kabul pada 2021, Pakistan menampung hampir empat juta warga Afghanistan, meskipun belakangan mulai melakukan deportasi massal.
"Dengan perbatasan yang begitu panjang (dengan Iran) dan sejarah hubungan yang erat antara masyarakat kedua belah pihak, bukan tidak mungkin faktor inilah yang menjadi pertimbangan Pakistan dalam memutuskan untuk menutup perbatasan,” tambah Basit.
Dominasi udara Israel
Selain soal perbatasan, Pakistan juga mewaspadai dominasi udara Israel di kawasan. PM Benjamin Netanyahu sebelumnya mengklaim bahwa Angkatan Udara Israel memiliki kendali atas langit Teheran.
“Pakistan juga menentang Israel mencapai keunggulan udara penuh dan kendali atas wilayah udara Iran, karena hal itu akan menjungkirbalikkan status quo keamanan saat ini di sisi barat Pakistan,” kata Umer Karim peneliti dari University of Birmingham.
Pakistan bersikap
Meskipun Pakistan secara terbuka menyerukan perdamaian dan mengkritik Israel, para ahli menilai bahwa Islamabad tetap berhati-hati agar tidak terjerat terlalu dalam.
"Saya ragu Pakistan memiliki kapasitas atau niat untuk benar-benar menengahi konflik ini, tetapi mereka jelas ingin agar konflik ini segera berakhir,” ujar Umer Karim.
Di sisi lain, Pakistan juga memiliki pertimbangan domestik. Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Sunni dan populasi Syiah yang signifikan, keterlibatan langsung dalam konflik melawan Iran dikhawatirkan dapat memicu ketegangan internal.
“Pakistan telah menangani masalah sektarian, dan secara terbuka mendukung aksi militer terhadap Iran (mayoritas Syiah) dapat memicu reaksi keras,” kata analis keamanan Ihsanullah Tipu Mehsud dari Islamabad. (Fer/I-1)