
ADA pemandangan tidak biasa ketika warga melintas yang menarik di depan Kantor Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Arus lalulintas terlihat lebih ramai dibandingkan biasanya. Banyak orang berlalu-lalang baik berjalan kaki di trotoar sepanjang jalan itu maupun naik kendaraan roda dua atau empat menuju ke sana.
Aroma khas minuman kopi sudah tercium samar-samar ketika melintas Siapapun yang melintas akan menoleh untuk melihat sumber aroma yang menggoda tersebut. Sebuah tenda yang tidak terlalu besar dipasang di halaman kantor Pemkab Batang. Deretan meja panjang dengan ratusan gelas berisi minuman kopi berjajar di atasnya.
"Ini bukan pedagang yang sedang menjajakan minuman kopi, tetapi kontes kopi yang berasal dari puluhan desa di Kabupaten Batang," ujar Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang Faelasufa Faiz menjawab rasa penasaran orang yang melintas.
Salah satu keunggulan Kabupaten Batang, ungkap Faelasufa, adalah produk kopi yang memiliki sejumlah varian seperti tombo, pcet, surjo dan cablikan. Bahkan dalam kontes kopi kalibini diikuti 59 peserta dari desa-desa di daerah ini yang akan memacu pemasaran dan berpotensi yang dapat meningkatkan ekonomi petani kopi serta dunia usaha.
Potensi kopi produksi daerah Batang, menurut Faelasufa, menjadi sebuah kekuatan ekonomi dan daya tarik luar biasa, karena selain mempunyai banyak varian juga rasa khas hingga banyak digandrungi para penggemar dan penikmat kopi. "Sebagai penggemar kopi saya merasa tertarik untuk mengembangkan penasaran kopi hingga dikenal di Indonesia," imbuhnya.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispaperta) Batang Sutadi mengatakan kontes kopi kali ini dilakukan sebagai upaya menunjukkan potensi yang dimiliki Kabupaten Batang dan meningkatkan gairah para petani kopi, pengusaha dan penggemar kopi baik dari dalam maupun luar daerah. Kontes kopi ini diharapkan dapat memperkenalkan keunggulan kopi batang yang merupakan salah satu yang terbaik di Jawa Tengah.
"Harapan kami para petani kopi dapat lebih memaksimalkan produksinya dan meningkatkan daerah pemasaran hingga menumbuhkan perekonomian daerah ini," kata Sutadi.
Selain terus melakukan pembinaan terhadap petani kopi, lanjut Sutadi, Pemkab Batang juga membantu pengolahan pascapanen sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) hingga memperluas jaringan pemasaran. "Penyelenggaraan kegiatan kontes kopi yang semakin intensif ini menjadi daya tarik bagi para penikmat kopi," tambahnya.
Daya tarik wisata
Di Kabupaten Batang, kopi tidak sekedar kenikmatan sajian minuman khas yang mempunyai jutaan penggemar dan penikmat. Kini kopi juga telah berkembang menjadi sebuah wahana wisata yang menarik perhatian pelancong, karena suasana perkebunan yang berada di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, serta menjadi sumber edukasi bagi wisatawan.
Di Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang yang berada di ketinggian 500 mdpl perkebunan kopi yang dikelola warga setempat menjadi trip wisata menarik. Para pelancong yang datang tidak hanya disuguhi pemandangan perkebunan yang luas atau sekedar kenikmatan kopi, melainkan juga diajak keliling melihat langsung pengolahan biji kopi.
Wisatawan dapat menikmati cita rasa aneka jenis kopi di destinasi wisata tersebut dari mulai arabika, robusta hingga liberika yang masing-masing mempunyai keunggulan tersendiri. Seperti kopi arabika rasanya cenderung asam, robusta yang rasanya lebih pahit dan liberika yang rasanya cenderung pahit dan kental dengan tingkat keasaman rendah.
"Jumlah lahan kopi di Kabupaten Batang secara keseluruhan mencapai 6.000 hektare, ini menjadi kekuatan luar biasa karena produksi terus dikembangkan setiap tahun," kata Rifani Zuniyanto, komunitas penggemar kopi Batang.
Selain memberikan pendampingan kepada petani kopi agar dapat meningkatkan produksi dari 1,6 ton per hektare menjadi 2 ton per hektare, menurut Rifani, upaya memasarkan kopi di daerah ini tidak sekedar menjual produk biji kopi, tetapi juga menjadikan perkebunan kopi sebagai wahana edukasi yang menarik.
Pendampingan kepada petani terus berjalan, ungkap Rifani, seperti di Desa Surjo, Kecamatan Bawang, Batang setidaknya telah mendampingi sekitar 3 ribu petani kopi. Belum lagi petani di kawasan lainnya yang jumlahnya terus meningkat. "Kami optimistis kopi Batang akan semakin cerah," ujarnya.
Seorang petani kopi di Desa Bawang, Kecamatan Blado, Batang Wasturi, 53, mengungkapkan hasil perkebunan kopi yang dimiliki sejumlah petani di desa ini, selain untuk memenuhi pasar dalam negeri juga sudah diekspor ke Belanda yakni disebut kopi Curug Genting satu ton per tahun. "Secara kebetulan juga tanaman kopi di sini sisa peninggalan Belanda," ucapnya. (E-2)