
ILMUWAN akhirnya mengungkap salah satu misteri terbesar dalam dunia paleontologi: mengapa dinosaurus raksasa seperti sauropoda hanya bertelur kecil? Temuan ini diungkap melalui studi terbaru yang dipimpin oleh Profesor Graeme Ruxton dari University of St Andrews.
Ukuran Telur Sauropoda yang Mengejutkan
Dinosaurus sauropoda seperti Diplodocus, yang panjang tubuhnya bisa mencapai 33 meter dan berat hingga 16 ton, ternyata hanya menghasilkan telur seberat sekitar 1,5 kilogram. Ukuran ini hanya sedikit lebih besar dari telur burung unta.
Profesor Graeme Ruxton menjelaskan, “Burung unta—burung dengan telur terbesar di dunia saat ini—memiliki berat sekitar 100 kg dan bertelur dengan berat 1,5 kg. Dinosaurus sauropoda yang 50 kali lebih berat pun bertelur dengan ukuran hampir serupa. Ini adalah anomali evolusioner yang membingungkan.”
Waktu Inkubasi dan Ancaman Predator
Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu inkubasi telur sauropoda sangat panjang, berkisar antara 65 hingga 82 hari. Selama masa ini, telur-telur tersebut terkubur di sarang bawah tanah yang bersuhu rendah. Hal ini meningkatkan risiko telur dimangsa oleh predator.
Menurut Dr. Charles Deeming dari University of Lincoln, “Periode inkubasi yang lama meningkatkan kemungkinan kematian telur akibat pemangsa. Kami menduga bahwa sauropoda betina menyebarkan telurnya ke dalam kelompok-kelompok kecil di berbagai sarang sebagai strategi bertahan hidup.”
Strategi Bertelur untuk Bertahan Hidup
Dengan membagi telur ke beberapa lokasi sarang, sauropoda secara alami mengurangi risiko kehilangan seluruh keturunannya. Strategi ini juga menjelaskan mengapa telur sauropoda tidak berukuran besar: telur yang lebih besar memerlukan inkubasi lebih lama, yang berarti lebih rentan terhadap predator.
Meskipun telur yang lebih besar dapat menghasilkan bayi dinosaurus yang lebih kuat, risikonya tidak sebanding dengan keuntungannya jika terlalu banyak telur yang hilang sebelum menetas.
Implikasi Evolusioner dan Penemuan Penting
Penelitian ini memberikan wawasan penting mengenai strategi reproduksi hewan prasejarah dan menyingkap alasan di balik ukuran telur sauropoda yang kecil meski tubuh mereka sangat besar. Para ilmuwan juga menyatakan bahwa strategi serupa mungkin diterapkan oleh spesies dinosaurus lainnya.
Penemuan ini tidak hanya menjawab pertanyaan lama dalam paleontologi, tetapi juga memperluas pemahaman kita tentang evolusi dan adaptasi reproduksi makhluk purba. (University of St Andrews News/Z-10)