Laboratorium DDSRI Terbuka untuk Lintas Institusi

11 hours ago 1
Laboratorium DDSRI Terbuka untuk Lintas Institusi Dua peneliti di Laboratorium Drug Delivery System Research Institute (DDSRI).(MI/Naviandri)

KEBERADAAN Laboratorium Drug Delivery System Research Institute (DDSRI) hasil kolaborasi Institut Teknologi Indonesia (ITB) dengan Daewoong Foundation yang berada di Gedung Fakultas Farmasi ITB Bandung, bukan hanya dapat dimanfaatkan untuk mahasiswa ITB, tetapi juga bersifat terbuka atau lintas institusi.

“Kolaborasi antara ITB, UGM dan Daewoong dalam DDSRI ini bersifat terbuka dan lintas institusi. Laboratorium DDS memang berada di ITB, tetapi dirancang sebagai platform terbuka untuk kolaborasi berbagai universitas di Indonesia,” ucap Dosen/Asisten Profesor Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada (UGM), Eka Noviana Kamis (16/10) melalui via zoom.

Menurut Eka,  ITB memiliki keunggulan di bidang teknik farmasi, tim kami di UGM berfokus pada penelitian analitik dan kualitas, sementara Daewoong menghadirkan wawasan industri dan infrastruktur canggih. Bersama-sama menciptakan ekosistem riset bersama yang mempercepat inovasi lintas disiplin, pendekatan ini memperpendek jarak antaranriset dan penerapan nyata. "Akses terhadap fasilitas canggih dan bimbingan industri dari Daewoong memungkinkan penelitian kami lebih cepat diterapkan di dunia nyata," tuturnya.

Pendekatan ini lanjut Eka,  tidak hanya meningkatkan standar riset farmasi nasional, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai kontributor kredibel bagi inovasi kesehatan global. Bagi peneliti muda manfaatnya tentu mereka mendapat pengalaman langsung menggunakan peralatan berstandar industri farmasi, mengenal standar riset internasional, serta bimbingan dari akademisi dan praktisi industri. Lingkungan seperti ini menumbuhkan pola pikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah secara inovatif.

"Saya berpesan bagi peneliti muda Indonesia jadilah peneliti yang ingin tahu, terbuka untuk berkolaborasi dan berani melangkah. Kolaborasi terbuka seperti ini adalah masa depan riset yang berdampak besar," tandasnya.

Sementara itu, mahasiswa Farmasi ITB/Asisten Peneliti DDS Lab, Stela Perlita Geraldine mengungkapkan pengalamannya berkolaborasi dengan industri. Sebagai peneliti muda, perbedaan terbesar adalah paparan langsung terhadap aplikasi nyata. "Di laboratorium ini kami diajak berpikir melampaui teori, bagaimana penelitian dapat benar-benar menjawab kebutuhan pasien dan meningkatkan sistem penghantaran obat," ucapnya.

Tentang riset yang dikerjakan Stela menjelaskan, bahwa saat ini dirinya sedang mengembangkan stabilitas dan ketersediaan hayati sediaan obat melalui sistem penghantaran berbasis nanopartikel. Proyek ini sangat relevan dengan fokus DDSRI untuk menemukan cara yang lebih efektif agar obat mencapai target di dalam tubuh, kolaborasi ini sangat membentuk kompetensi. 

“Bekerja langsung dengan peneliti berpengalaman mengasah kemampuan analisis dan mengajarkan cara melihat masalah dari berbagai perspektif. Dengan peralatan yang canggih, hasil penelitian kami menjadi lebih presisi dan kompetitif secara global," pungkasnya.

Terkait  dampaknya terhadap karier, Stela berkata, bahwa pengalaman ini membuat ia sadar bahwa riset tidak hanya bersifat akademis, tetapi
juga memiliki dampak nyata. Ia  kini melihat karier di bidang farmasi bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebagai kesempatan menciptakan inovasi yang benar-benar berarti bagi pasien dan masyarakat.

"Saya berharap kolaborasi ini terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak peneliti muda di Indonesia. Inisiatif ini bisa menjadi contoh bagaimana dunia akademik dan industri berjalan beriringan untuk memajukan riset farmasi nasional," sambungnya. (E-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |