Korporasi Perlu Lebih Serius Terapkan Konsep ESG dalam Berbisnis

5 hours ago 2
Korporasi Perlu Lebih Serius Terapkan Konsep ESG dalam Berbisnis Ilustrasi ESG.(Dok. Freepik)

DAMPAK perubahan iklim yang semakin masif di berbagai lini kehidupan menuntut semua pihak untuk berkontribusi menerapkan pola hidup dan kerja yang lebih berkelanjutan. Bagi korporasi, penerapan konsep environmental, social, and governance (ESG) menjadi hal yang semakin penting untuk bisa diimplementasikan.
 
“Sudah waktunya sustainability ini didorong untuk bergeser dari sekedar pengetahuan menjadi aksi nyata dalam membangun bisnis di Indonesia,” kata CEO NuPMK Consulting, Tini Moeis, dalam keterangannya, Sabtu, (21/6).

Hal itu diungkapkan Tini saat membuka Executive Forum bertema "Sustainability Transformation in Action" di Jakarta. Dalam forum diskusi yang dirancang khusus untuk para pemimpin C-level, direktur transformasi, dan pengambil kebijakan tersebut, digelar diskusi lintas industri dan lintas perusahaan sehingga menghadirkan perspektif yang beragam tentang bagaimana keberlanjutan diintegrasikan ke dalam strategi bisnis dan budaya kerja. Forum tersebut  mengangkat pendekatan praktis untuk mentransformasi ESG dari kebijakan ke aksi nyata serta menjembatani pergeseran dari 'knowing' ke 'doing'.

Direktur The Climate Reality Project Indonesia, Amanda Katili Niode, memaparkan lima langkah penting yang bisa dilakukan perusahaan untuk membangun budaya bisnis keberlanjutan. Pertama, membangun pola pikir berkelanjutan, dengan selalu mempertimbangkan dampak jangka panjang dalam setiap keputusan bisnis yang diambil. Kedua, mengarahkan efisiensi sumber daya secara strategis untuk mendukung kinerja bisnis sekaligus menurunkan risiko lingkungan.

Ketiga, menarik dan mempertahankan talenta terbaik dengan menciptakan lingkungan kerja yang bernilai dan bermakna. Keempat, menghadapi krisis secara adaptif melalui kesiapan menghadapi poli krisis dan gangguan rantai pasok. Dan terakhir, membangun kepercayaan melalui konsistensi nilai dan tindakan yang tercermin dalam kebijakan, komunikasi, dan praktik bisnis.

"Ada sebuah penelitian dari disertasi Isabel Beatriz Rimanoczy, Columbia University tahun 2010, terhadap 16 pemimpin senior di perusahaan multinasional di Amerika Serikat, ternyata komitmen untuk membangun budaya keberlanjutan dalam perusahaan berakar dari pengalaman pribadi para pemimpin tersebut, baik dari sisi perjalanan spiritual, respon emosional terhadap isu sosial-lingkungan, dan rasa tanggung jawab pribadi," jelas Amanda.

Lebih lanjut, Amanda mengajak para pemimpin bisnis untuk melakukan langkah reflektif dan lebih aktif mengajak pemimpin bisnis dan para kolega mereka agar menerapkan prinsip ESG dalam setiap bisnis yang dijalankan.

Sementara itu, Chief Executive of Banking Supervision OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan bahwa komitmen dari sektor keuangan untuk mendukung transisi menuju ekonomi hijau di Indonesia yang inklusif. "Kini kita menghadapi kondisi global yang cukup menantang, seperti memburuknya kondisi geopolitik dan pernyataan pemimpin Amerika Serikat yang menyatakan dukungan kembali ke energi fosil, hal ini berdampak luas hingga menurunkan aspek transparansi ESG, meski demikian pemerintah Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung ESG," katanya.

Dian mengatakan, pemerintah tetap mendorong masuknya investasi yang selaras dengan ekonomi hijau, dan di level regional investasi hijau masih kuat sehingga kami percaya komitmen untuk ESG masih akan terjaga.
(H-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |