
DOKTER spesialis Kejiwaan Tiur Sihombing mengungkapkan mencegah demensia alzheimer bisa dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas tidur dengan menerapkan sleep hygiene atau kebiasaan untuk mendukung tidur yang berkualitas.
Demensia alzheimer merupakan penyebab yang tersering pada demensia dan ini merupakan proses degeneratif terjadi karena adanya penumpukan plak dan kekusutan serabut saraf akibat radikal bebas.
"Namun demensia Alzheimer ini bisa juga dialami oleh dewasa muda yang pada usia 40-60 tahun sekitar 10 persen, ini terjadi akibat adanya riwayat padat keluarga atau genetik. Sedangkan pada usianya yang lebih lanjut penyebabnya multifaktorial bisa disebabkan karena interaksi antara faktor genetik dan lingkungan," kata Tiur dalam Peringatan HLUN 2025, Kemarin (27/5).
Kelompok masyarakat yang memiliki faktor risiko terkena demensia alzheimer bisa disebabkan pada faktor usia, perempuan, pendidikan rendah, riwayat keluarga, atau riwayat cedera kepala seperti terbentur kepalanya atau misalnya mengalami kecelakaan lalu lintas, jatuh dari motor tanpa helm, terkna pukulan di kepala, terbentur kepala dan sebagainya atau karena penyakit kardiovaskular.
Terdapat 10 besar gejala umum yang sering terjadi pada pasien-pasien demensia Alzheimer antara lain gangguan daya ingat, sulit fokus, sulit melakukan kegiatan yang familiar, disorientasi, kesulitan memahami visuspasial.
Kemudian, gangguan berkomunikasi, menaruh barang tidak pada tempatnya, salah membuat keputusan, menarik diri dari pergaulan, dan perubahan perilaku dan kepribadian.
Dalam pencegahan demensia alzheimer terdapat faktor yang tidak dapat diubah dan ada yang bisa diubah. Adapun yang tidak dapat diubah seperti genetik, tingkat pendidikan, dan sosial ekonomi pada masa mudanya juga kita tidak bisa diubah.
Sedangkan faktor yang bisa diubah seperti pola makan, nutrisi, olahraga, aktivitas sehari-hari. Kemudian pola tidur karena biasanya ansia merasa sulit tidur.
"Lansia sering pola tidur terbalik yakni siang banyak tidur sehingga malam susah tidur. Jadi lansia tidur sebentar-sebentar tapi sering menyebabkan ketika malam hari tidak bisa tidur dan keluarga juga harus tahu namanya sleep hygiene," ujar Tiur.
Kamar lansia harus dalam kondisi nyaman dengan tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas. Kemudian kalau bisa lampu dimatikan karena dengan lampu mati itu hormon melatonin yang ada di otak akan keluar. Dan hormon melatonin yang bisa menginduksi, mencetuskan kita bisa tidur dengan nyenyak.
"Namun ada yang takut gelap bisa pakai lampu kecil. Kemudian kalau misalnya ada yang senang bisa pakai aromaterapi di kamar biar bisa tidurnya lebih nyaman. Tapi ada juga yang tidak suka. Tapi tidak apa-apa itu tergantung selera," ucapnya.
Kemudian ada juga yang sebelum tidur mendengarkan lagu-lagu. Ia mengatakan Lansia bisa masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk sekali. Jangan sampai di atas tempat tidur kita masih main HP atau masih nonton TV.
Karena itu juga akan memperlama proses mau tidur. Kemudian seprai juga sering-sering diganti dan kebersihan kamar yang pasti.
Faktor yang dapat diubah lainnya misalnya perubahan gaya hidup seperti tidak lagi merokok, minum alkohol, begadang, makan-makanan junk food
"Jadi perubahan gaya hidup itu bisa diubah. Dan yang paling tidak kalah penting adalah dukungan sosial. Dukungan sosial baik itu dari keluarga inti, keluarga besar dan juga lingkungan sekitarnya," pungkasnya. (H-3)