
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) secara resmi telah menetapkan skema baru Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk periode 2025. Penetapan itu didasarkan pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 76.K/MG.01/MEM.M/2025.
Lebih detail, industri penerima HGBT tahun ini masih sama dengan tahun lalu, yakni 7 industri yang meliputi industri pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet. Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) pun menunjukkan komitmennya dalam menghadirkan ekosistem investasi yang kompetitif dengan menjalankan ketetapan Kementerian ESDM tersebut.
Dua tenant industri di KITB, yakni PT KCC Glass Indonesia dan PT Rumah Keramik Indonesia, telah mendapatkan akses gas bumi dengan volume dan harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah. PT KCC Glass Indonesia, industri kaca terbesar di Asia Tenggara yang berasal dari Korea Selatan dan beroperasi di lahan seluas 46 hektare di KITB, menerima alokasi sebesar 8.000 BBTUD dengan harga US$6/MMBTU. Sementara itu, PT Rumah Keramik Indonesia, yang fokus pada produksi bahan baku keramik berkualitas tinggi, mendapat alokasi 1.350 BBTUD dengan harga US$7/MMBTU.
Direktur Utama KITB Ngurah Wirawan mengatakan dukungan infrastruktur energi yang efisien menjadi faktor krusial dalam menarik investasi serta mempercepat transformasi bisnis di kawasan.
“KITB hadir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru yang mendukung industri berorientasi ekspor dan berteknologi tinggi. Penyediaan gas bumi dengan harga yang kompetitif merupakan wujud nyata dukungan pemerintah dalam mendorong investasi serta penguatan daya saing industri nasional,” ujar Wirawan melalui keterangan resmi.
Langkah strategis ini sejalan dengan visi KITB dalam mempercepat pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN), menghubungkan potensi ekonomi domestik dengan pasar global, serta memperkokoh ketahanan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. Dengan mengusung semangat Astacita, KITB yang merupakan bagian Holding Danareksa berperan aktif dalam mendorong ekonomi kerakyatan, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan negara melalui industrialisasi berbasis energi yang efisien.
"Kami optimistis, dengan kebijakan yang mendukung, infrastruktur berkualitas, serta komitmen dalam pembangunan berkelanjutan, kawasan ini akan terus menjadi destinasi utama investasi industri di Indonesia. Sinergi antara pemerintah dan sektor swasta akan semakin mempercepat akselerasi transformasi ekonomi demi kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa di kancah global," tandasnya. (E-3)