
DOKTER spesialis gigi umum Rumah Sakit Universitas Indonesia Deasy Rosalina mengatakan rokok dapat memberikan efek pengurangan air liur atau saliva yang menyebabkan xerostomia atau kekeringan rongga mulut.
"Kekeringan rongga mulut ini bisa meningkatkan risiko karies atau lubang gigi. Jadi, saliva ini sebetulnya adalah mekanisme tubuh untuk
proses pertahanan di dalam rongga mulut jadi kekebalan mulut menurun," kata Deasy, dikutip Senin (9/6).
Deasy menjelaskan saliva atau air liur yang produksinya menurun karena rokok rentan membuat jaringan dan rongga mulut terinfeksi serta perubahan komposisi air liur perokok menjadi lebih asam.
Keasaman air liur memicu erosi email gigi, yang berdampak pada gigi berlubang atau karies gigi. Ini juga membuat gigi perokok menjadi lebih sensitif. Karies gigi juga bisa berdampak pada perokok pasif di sekitarnya.
"Menurut beberapa penelitian, itu saking kuatnya efek perokok, jadi kalau ada orangtua yang merokok, itu bisa memiliki relasi atau hubungan dengan terjadinya lubang gigi pada anaknya. Jadi, kalau anaknya memiliki karies atau lubang gigi, itu bisa ada hubungannya dengan bapaknya yang merokok," ungkap Deasy.
Sementara itu, rongga mulut juga bisa bermasalah karena rokok elektrik yang kandungan cairannya terdapat karbohidrat terfermentasi yang dapat meningkatkan keasaman mulut sehingga bakteri penyebab karies lebih banyak.
Deasy mengatakan zat nikotin juga akan mengubah komposisi saliva atau air liur sehingga tubuh tidak bisa melawan bakteri jahat dalam rongga mulut.
Akibatnya, bakteri dalam mulut akan berkembang biak serta inflamasi kronis yang merusak kolagen yang membuat jaringan penyangga gigi melemah.
Penanganan masalah gigi akibat merokok bisa dilakukan dengan pembersihan karang gigi atau scaling, penambalan gigi berlubang, mahkota atau implan jika diperlukan serta pemeriksaan rutin ke dokter gigi untuk deteksi jika ada lesi prakanker. (Ant/Z-1)