
BARU-BARU ini, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemdikti-Saintek) telah mengumumkan hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) 2025. Sebanyak 285.380 peserta dinyatakan lolos dari 860.976 pendaftar.
Tentu bagi para peserta yang lolos, ini merupakan kenyataan yang pahit. Tidak sedikit para peserta tersebut mengalami tekanan mental, stres, hingga kehilangan semangat belajar.
Menanggapi peristiwa ini, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Syarifuddin menegaskan kegagalan UTBK-SNBT bukan akhir dari segalanya.
“Perasaan sedih dan kecewa tentu wajar, tapi jangan biarkan kegagalan hari ini membunuh mimpi besok,” ungkapnya dikutip dari laman resmi UM Surabaya, Senin (2/6).
Terkait hal ini, dia memberikan berbagai tips untuk mengatasi rasa kecewa setelah gagal UTBK-SNBT, agar para siswa tetap semangat melangkah ke masa depan.
Pertama, lakukan aktivitas yang menyenangkan. Kegagalan kerap memicu perasaan hampa dan hilangnya semangat. Salah satu cara paling sederhana untuk mengobatinya, menurut Syarifuddin, adalah melakukan aktivitas yang menyenangkan.
“Main gim, nonton film, memancing, atau sekadar mendengarkan musik bisa menjadi pelarian positif untuk sementara waktu,” jelasnya.
Aktivitas tersebut membantu pikiran teralihkan dan memberi ruang bagi emosi untuk mereda.
Stres juga bisa diredakan dengan ‘healing’ sederhana, seperti jalan-jalan ke taman atau ruang terbuka hijau.
“Menghirup udara segar dan menikmati alam bisa membantu menjernihkan pikiran,” tambah Syarifuddin.
Tidak perlu mahal, jalan kaki keliling komplek bersama teman atau duduk santai di taman pun sudah cukup membantu memperbaiki suasana hati.
Selain itu, meluapkan emosi kepada orang terdekat adalah langkah sehat untuk meredakan tekanan mental.
“Bercerita kepada orangtua, saudara, atau teman bisa membantu mengurangi beban emosional,” ujar Syarifuddin.
Menurutnya, keterbukaan perasaan membuat seseorang merasa lebih dipahami dan tidak sendirian menghadapi kegagalan.
Tidak kalau penting, selain bermanfaat bagi fisik, olahraga juga punya efek besar untuk kesehatan mental.
“Olahraga meningkatkan produksi hormon endorfin, yang dapat membuat suasana hati lebih bahagia,” jelasnya.
Tidak perlu berat, cukup dengan berjalan kaki, peregangan otot, atau yoga ringan.
Meditasi menjadi cara terakhir yang dianjurkan Syarifuddin.
“Meditasi membantu menenangkan pikiran dan mengamati emosi secara sadar tanpa bereaksi berlebihan,” katanya.
Latihan mindfulness seperti ini terbukti dapat menurunkan kecemasan dan membantu seseorang berdamai dengan kegagalan. (Z-1)