
CARA kita mendidik anak-anak dan remaja membentuk tidak hanya apa yang mereka ketahui, tetapi juga siapa mereka akan menjadi. Pendidikan menentukan bagaimana mereka berpikir, merasakan, menjalin hubungan dengan orang lain, dan merespons dunia di sekitar mereka.
Di tengah dunia yang terus berubah ini, kita dihadapkan pada dua pendekatan pendidikan yang sangat berbeda: satu yang berlandaskan kekakuan, disiplin, dan kontrol, dan yang lainnya berakar pada kasih sayang, rasa ingin tahu, dan pembentukan karakter.
Pendidikan bergaya militer menekankan keteraturan dan ketaatan. Aturannya ketat, otoritas bersifat mutlak, dan kesalahan sering kali dibalas dengan hukuman. Sistem seperti ini memang bisa menghasilkan disiplin, tetapi juga dapat melemahkan pemikiran kritis, menekan individualitas, dan menciptakan suasana yang penuh ketakutan, bukan inspirasi.
Sebaliknya, pendekatan pendidikan yang penuh kasih sayang mendorong anak-anak untuk bertanya, mengeksplorasi ide, dan belajar melalui kesalahan. Lingkungan seperti ini membina rasa aman secara emosional, ekspresi pribadi, dan pola pikir berkembang.
Kesalahan tidak dihukum, melainkan dijadikan batu loncatan untuk belajar dan bangkit. Anak-anak yang merasa aman untuk penasaran akan tumbuh menjadi pembelajar yang percaya diri—dan pada akhirnya, menjadi pribadi dewasa yang tangguh dan bijak.
Di Rote Hospitality Academy, Direktur sekaligus pendidik Nora Bawazier sepenuhnya meyakini pendekatan yang kedua ini. Karenanya pengembangan kurikulum terus dilakukan, tidak hanya dalam pelatihan perhotelan, tetapi juga dengan pelajaran pengembangan diri dan aktivitas pembentukan karakter.
Mereka meyakini dan percaya bahwa ini adalah fondasi utama—karena sebelum seseorang dapat menguasai keterampilan, para siswa yang tak lain adalah generasi muda Indonesia Timur harus terlebih dahulu memahami siapa dirinya, apa yang memotivasinya, dan bagaimana terus maju meski dalam kesulitan.
Para Pendidik di Rote Hospitality Academy telah melihat bagaimana para siswa berkembang dan bersinar dalam lingkungan di mana mereka merasa aman, terlihat, dan didengar—di mana rasa ingin tahu mereka dipupuk dan mereka didorong untuk mencoba hal-hal baru.
Dalam suasana seperti ini, proses belajar menjadi sebuah petualangan pribadi—bukan sesuatu yang ditakuti, tetapi sesuatu yang dinikmati. Setiap siswa mulai melihat perjalanan belajarnya sebagai kisah yang mereka tulis sendiri, sebuah cerita yang bisa mereka banggakan dan miliki sepenuhnya.
Nora Bawazier juga menekankan pentingnya membangun mindset bertumbuh, kesadaran diri, tanggung jawab pribadi, dan apa yang disebut sebagai keramahtamahan intuitif— kemampuan untuk melayani orang lain dengan ketulusan, kepekaan, dan makna.
"Ketika siswa mulai mempercayai kemampuan mereka untuk belajar, beradaptasi, dan tumbuh, mereka akan menghadapi tantangan bukan dengan rasa takut, tetapi dengan antusiasme. Mereka menjadi pembelajar yang tangguh—berani mencoba, jatuh, dan bangkit kembali” ujar Nora, Minggu (18/5).
Tidak hanya mengajarkan nilai-nilai, para pendidik juga memberi teladan nyata. Sehingga ketika dihadapkan pada tantangan para siswa dapat kembali mengingat apa yang diajarkan. Komitmen inilah yang memberi energi dan harapan Rote Hospitality Academy dapat menjadi bagian dari perubahan dan meningkatkan kehidupan, satu angkatan demi satu, satu hati demi satu.
Pendidikan seharusnya bukan soal kendali, tetapi soal hubungan. Bukan tentang membungkam anak, tetapi tentang mendengarkan mereka—membantu mereka menemukan suara, jalan, dan kekuatan mereka sendiri.
Lingkungan yang dibangun dengan kepercayaan dan dukungan akan menumbuhkan individu yang mandiri dan percaya diri, yang tumbuh menjadi dewasa yang penuh kasih, tangguh, dan mampu membimbing generasi berikutnya dengan kebijaksanaan.
Pada akhirnya, pendidikan bukan sekadar tentang mentransfer pengetahuan. Pendidikan adalah tentang membentuk manusia yang utuh, sadar, dan siap memberikan kontribusi berarti bagi dunia.
“Kita harus bertanya pada diri sendiri: masa depan seperti apa yang ingin kita ciptakan? Masa depan yang dibentuk oleh ketakutan dan ketaatan, atau masa depan yang diinspirasi oleh cinta, keberanian, dan rasa ingin tahu?Jawabannya terletak pada bagaimana kita memilih untuk mengajar—bukan dengan paksaan, tetapi dengan cahaya” pungkas Nora. (Z-1)