
PSIKOLOG klinis lulusan Universitas Indonesia Adityana Kasandravati Putranto menekankan pentingnya peran orangtua dalam membekali anak agar tidak terjebak dalam ketergantungan teknologi yang dapat menghambat hubungan sosial mereka, baik dengan orangtua maupun teman sebaya.
Perkembangan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), membuat anak-anak berisiko ketergantungan dengan hal tersebut yang dapat mengurangi interaksi sosial mereka.
Beberapa strategi bisa diterapkan agar penggunaan teknologi tidak sampai mengurangi interaksi sosial anak dengan lingkungannya.
"Untuk mencegah AI membatasi interaksi anak, baik dengan orangtua maupun teman-temannya, orangtua dapat mengambil beberapa langkah strategis," kata Adityana, dikutip Senin (5/5)
Dia menjelaskan beberapa langkah tersebut antara lain dengan membangun rutinitas keluarga misalnya dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berinteraksi dengan anak tanpa gangguan teknologi. Interaksi itu bisa berupa makan bersama, bermain, atau berbicara tentang kegiatan sehari-hari.
"Orangtua juga bisa mengajak anak melakukan aktivitas yang tidak melibatkan teknologi, seperti berolahraga, berkebun, atau melakukan kerajinan tangan," ujar dia.
Kemudian, orangtua bisa mendorong interaksi sosial anak dengan membuat jadwal untuk bermain bersama keluarga atau mengunjungi teman dan kerabat.
Anak juga dianjurkan didaftarkan dalam kegiatan ekstrakurikuler, seperti olahraga, seni, atau klub, yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan teman sebaya.
Adityana menyarankan orangtua membuat aturan tegas terkait penggunaan gawai, termasuk menetapkan zona tanpa teknologi di rumah seperti ruang makan atau kamar tidur.
"Buat aturan yang jelas tentang kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan perangkat yang didukung AI. Misalnya, tidak menggunakan perangkat saat makan atau sebelum tidur," ucapnya.
Lalu, anak perlu dilatih berkomunikasi secara baik dan aktif, termasuk melatih mereka untuk mengekspresikan perasaan dan pendapat. Permainan peran bisa menjadi metode yang efektif untuk membantu anak belajar berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi sosial.
Psikolog yang tergabung dalam Ikatan Psikolog Klinis Indonesia itu menekankan pentingnya orangtua menjadi contoh untuk mengajarkan pembatasan penggunaan teknologi dan lebih banyak berinteraksi langsung dengan orang lain.
"Ajak anak berdiskusi tentang pentingnya interaksi sosial dan dampak negatif dari ketergantungan pada teknologi," kata dia.
Menurut Adityana, teknologi bisa dimanfaatkan secara positif untuk melatih interaksi sosial ini misalnya permainan yang bisa dimainkan bersama teman atau aplikasi yang mendukung proyek kelompok.
Jika anak tidak bisa bertemu langsung, ajarkan mereka cara menggunakan video call agar tetap terhubung dengan teman-temannya.
Tidak kalah penting, ajarkan anak tentang bagaimana AI bekerja dan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Diskusikan pentingnya keseimbangan antara penggunaan teknologi dan interaksi sosial.
"Ajak anak untuk merefleksikan pengalaman mereka dengan teknologi dan bagaimana hal itu mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain," pungkas Adityana. (Ant/Z-1)