
SEPASANG bintang katai putih langka dan kompak yang diperkirakan akan bertabrakan dalam waktu sekitar 23 miliar tahun telah ditemukan para peneliti di Universitas Warwick. Setelah menyatu, sistem bintang ganda ini akan meledak menjadi supernova Tipe 1a.
Para ilmuwan memprediksi dua bintang katai putih yang mengorbit satu sama lain bertanggung jawab atas terciptanya supernova Tipe 1a. Namun penemuan ini menandai pertama kalinya sistem bintang yang menuju jalur tersebut berhasil diamati.
Sistem bintang ganda ini berada sekitar 150 tahun cahaya dari Bumi. Sistem ini juga sangat berat, dengan massa gabungan sekitar 1,56 kali massa Matahari. Karena massanya yang sangat besar, pasangan katai putih ini memang ditakdirkan untuk meledak, kata tim peneliti.
“Saat pertama kali saya melihat sistem ini dengan massa total yang sangat tinggi dan berada sangat dekat dengan galaksi kita, saya langsung merasa sangat antusias,” kata James Munday, peneliti Ph.D. di Universitas Warwick sekaligus pemimpin penelitian, dalam sebuah pernyataan.
Bintang katai putih pada dasarnya adalah sisa bintang bermassa rendah yang telah kehilangan lapisan luarnya. Hal ini bisa terjadi ketika sebuah bintang kehabisan bahan bakar yang diperlukan untuk mempertahankan reaksi fusi nuklir di intinya. Yang tersisa hanyalah inti bintang mentah — yaitu katai putih.
Dalam kasus pasangan katai putih yang satu ini, para ilmuwan memperkirakan mereka akan mulai mengorbit semakin dekat. Nantinya, bintang yang lebih berat akan menarik materi dari pasangannya yang lebih ringan. Proses inilah yang akan memicu peristiwa supernova.
“Dengan dukungan tim astronom internasional, termasuk empat dari Universitas Warwick, kami segera mengejar sistem ini menggunakan beberapa teleskop optik terbesar di dunia untuk menentukan seberapa kompak sistem ini sebenarnya,” tambah Munday.
Supernova Tipe 1a sangat berguna bagi para ilmuwan karena supernova jenis ini cenderung meledak dengan jumlah energi yang hampir sama. Konsistensi ini memungkinkan ilmuwan untuk memperkirakan luminositas dari supernova.
Dengan mengukur luminositas tersebut, para ilmuwan bisa menghitung jarak yang sangat jauh di alam semesta. Menggunakan pengukuran tradisional untuk jarak seperti itu tentu tidak praktis karena skala alam semesta yang begitu besar. Karena itu, ilmuwan menggunakan “lilin standar” — yaitu objek dengan kecerahan intrinsik yang sudah diketahui — sebagai tolok ukur dalam semacam “penggaris kosmis”.
Dengan penemuan baru ini, para ilmuwan akhirnya menemukan jenis sistem bintang yang menghasilkan alat ukur penting tersebut. “Akhirnya, kita sebagai komunitas ilmiah kini bisa memperhitungkan beberapa persen dari tingkat kejadian supernova Tipe 1a di seluruh galaksi Bima Sakti dengan pasti,” ujar Munday.
Saat ini, pasangan katai putih tersebut saling mengelilingi dengan kecepatan orbit lebih dari 14 jam. Dalam beberapa miliar tahun, mereka akan semakin mendekat dan akhirnya mengorbit dengan kecepatan 30 hingga 40 detik per putaran. Kemudian akan terjadi ledakan supernova — dengan kekuatan lebih besar dari seribu triliun triliun bom nuklir.
“Ini adalah penemuan yang sangat penting,” kata Dr. Ingrid Pelisoli, Asisten Profesor di Universitas Warwick dan penulis ketiga dalam penelitian tersebut, dalam pernyataan yang sama. Karena sistem bintang ini tampak cukup dekat dengan Bumi, Pelisoli menyimpulkan bahwa pasangan katai putih seperti ini mungkin cukup umum — jika tidak, tim pasti harus mencarinya jauh lebih jauh lagi.
“Namun, menemukan sistem ini bukanlah akhir dari cerita. Survei kami untuk mencari asal mula supernova Tipe 1a masih berlangsung, dan kami berharap akan ada lebih banyak penemuan menarik di masa depan,” tambah Pelisoli. “Sedikit demi sedikit, kita semakin dekat untuk memecahkan misteri asal mula ledakan supernova Tipe 1a.” (Space/Z-2)