IAI Dukung Penuh Program Apotek Desa yang Digagas Presiden Prabowo

7 hours ago 1
IAI Dukung Penuh Program Apotek Desa yang Digagas Presiden Prabowo Ilustrasi(MI/LILIEK DHARMAWAN)

IKATAN Apoteker Indonesia (IAI) menyambut gembira dan mendukung penuh program Apotek Desa yang digagas Presiden Prabowo Subianto dan dituangkan dalam Inpres No. 9 tahun 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.

‘’Di dalam Inpres No. 9 tahun 2025 disebutkan, Koperasi Desa Merah Putih ini akan melaksanakan kegiatan antara lain berupa Apotek  Desa/Kelurahan, yang akan tersebar di 80.000 desa/kelurahan di seluruh Indonesia,’’ tutur Ketua Umum Pengurus Pusat IAI Noffendri Roestam di Jakarta, Selasa (15/4).

Noffendri menyampaikan hal itu dalam rapat Pengurus Harian PP IAI yang digelar untuk membahas Inpres No. 9 tahun 2025 yang disebutkan merupakan sebuah ide brilian, dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau hingga ke tingkat desa.

‘’Bagi IAI, yang menjadi fokus perhatian kami adalah bagaimana Apotek Desa/Kelurahan ini nanti benar-benar dapat berjalan dengan baik, sehingga tujuan awalnya dapat tercapai. Jangan sampai menjadi program yang nantinya akan mangkrak karena tidak dikelola dengan baik,’’ tutur Noffendri.

Oleh karena itu, dalam upaya mendukung program Apotek Desa/Kelurahan tersebut, Noffendri secara khusus menggelar rapat untuk mengumpulkan masukan dan usulan untuk suksesnya program tersebut.

Noffendri menggarisbawahi solusi yang ditawarkan Menkes Budi Gunadi Sadikin sebagai sebuah ide yang cerdas.

‘’Menkes menegaskan, tidak perlu dibuat regulasi baru, cukup mengoptimalkan sarana yang sudah ada. Menurut Menkes, ada 54.000 sarana kesehatan baik berupa puskesmas, puskesmas pembantu, dan posyandu yang dapat diintegrasikan mendukung program Apotek Desa/Kelurahan ini. Tugas IAI adalah bagaimana menyiapkan tenaga apoteker untuk mendukung program ini,’’ ungkap Noffendri.

Terkait rencana Presiden Prabowo untuk menambah tenaga apoteker di puskesmas disambut hangat oleh Ketua Hisfarkesmas (Himpunan Seminaat Farmasi Kesehatan Masyarakat) PP IAI Maria Ulfah.

‘’Ini sebuah angin segar, sangat kami dukung dan menjadi momentum luar biasa untuk pemenuhan apoteker di Puskesmas,’’ ungkap Maria.

Sebab, berdasarkan penelitian yang dilakukan Hisfarkesmas pada 2023 lalu, dari 10.300 Puskesmas di Indonesia, baru 68% yang memiliki apoteker. Sisanya masih diisi dengan Tenaga Vokasi Farmasi (TVF) atau nakes lain.

Berkaitan dengan Apotek Desa/Kelurahan yang masih menyebutkan Tenaga Kefarmasian dalam kebutuhan SDM nya, Maria mengungkapkan kekhawatirannya.

Sebagai penanggungjawab di apotek apalagi puskesmas dituntut untuk mampu memenuhi standar pelayanan kefarmasian, mampu mengelola rencana keuangan, pengelolaan dan pengadaan obat di Puskesmas yang sudah BLU atau BLUD, yang saat ini sudah menggunakan e-katalog versi 6 yang sangat rumit. 

"Skill yang dibutuhkan sebagai penanggungjawab tersebut hanya dimiliki oleh apoteker dan tidak dimiliki oleh TVF. Karena itu sebagai penanggungjawab di Apotek Desa/Kelurahan nanti harusnya seorang apoteker dengan tenaga pendukung adalah TVF. Apoteker tidak mungkin bekerja seorang diri, pasti membutuhkan dukungan TVF,’’ tegas Maria.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Ketua Umum Bidang Halal dan JKN Abdul Rahem menyampaikan, hingga kini, bagaimana bentuk Apotek Desa/Kelurahan ini masih belum jelas, sehingga menimbulkan bermacam spekulasi.

Ia mengingatkaan, agar dalam pelaksanaannya nanti Apotek Desa/Kelurahan tetap dijalankan sesuai dengan peraturan yang berlaku saat ini.

"Bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian, tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker bukan tenaga kesehatan lain, adalah satu hal yang tidak dapat diganggu gugat,’’ tegas Abdul Rahem.

Fungsinya tidak hanya sebagai tempat penjualan obat, tetapi juga merupakan pusat edukasi kesehatan masyarakat, termasuk pemahaman penggunaan obat yang rasional dan pencegahan penyakit bagi masyarakat.

Hal senada disampaikan Wakil Ketua Umum Bidang Advokasi dan Regulasi PP IAI Nasrudin, yang menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan Apotek Desa/Kelurahan nanti aspek standar pelayanan, manajemen pengelolaan obat dan berbagai aspek teknik lain tidak ditinggalkan.

"Aspek norma dan etika juga sangat penting untuk tetap dijaga dengan baik,’’ tutur apt Nasrudin.

Pada kesempatan yang sama, Dettie Yuliati menekankan pentingnya menjaga aspek pelayanan kefarmasian. 

"Saya berharap Apotek Desa/Kelurahan ini nantinya tidak hanya akan bertumpu hanya pada aspek bisnis semata, tetapi juga aspek pelayanan,’’ tambah Wakil Ketua Umum Bidang Kerja Sama PP IAI itu.

Hal tersebut diaminkan oleh Ketua Hisfarma (Himpunan Semintar Farmasi Komunitas), Surya Wahyudi, yang menegaskan perlunya studi kelayakan yang matang, agar Apotek Desa/Kelurahan yang didirikan benar-benar mampu memenuhi aspek bisnis dan pelayanan secara berimbang.

"Dari 80.000 desa yang ada di Indonesia, saya rasa tidak dapat sekaligus dipaksakan semua memiliki apotek desa. Harus dilakukan studi kelayakan, desa mana yang sudah mampu memiliki apotek desa dan desa mana yang belum waktunya,’’ tuturnya.

"Selain memberikan support berupa SDM, Hisfarma juga siap memberikan dukungan berupa studi kelayakan penyelenggaraan apotek desa, bagaimana manajemen sistem keuangan, pengelolaan barang dan pelayanan farmasi klinik di Apotek Desa," lanjut Surya, yang sempat bekerja sama dengan sejumlah BUMDes di Indonesia. (Z-1)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |