
Film dokumenter pendek dari Indonesia berjudul Mama Jo meraih penghargaan 'Best Short Documentary' di Festival Film Golden FEMI yang diselenggarakan di Hotel Balkan Palace, Sofia, Bulgaria, Sabtu (7/6).
Penghargaan terhadap film karya sutradara Ineu Rahmawati tersebut diterima oleh Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Republik Indonesia (KUAI KBRI) di Sofia, Irvan Fachrizal. Demikian pernyataan pers KBRI Sofia, Minggu (8/6).
Melalui pesan yang disampaikan secara resmi di acara tersebut, Sutradara Ineu menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak dan permintaan maaf karena tidak bisa hadir di acara itu.
Melalui pesan itu, Ineu mengatakan bahwa film Mama Jo mengangkat kisah menyentuh tentang Santi, seorang ibu tangguh asal Indonesia, dan putranya, Johan, anak berusia sembilan tahun yang menderita cerebral palsy (lumpuh otak).
Melalui film dokumenter tersebut, Ineu ingin menyuarakan realitas tentang perjuangan dan keteguhan keluarga penyandang disabilitas, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. "Film ini adalah pengingat bahwa inklusi, akses, dan martabat adalah hak universal yang harus kita junjung bersama," katanya dalam pidato penerimaan penghargaan di festival tersebut.
Sementara itu, mewakili sutradara Mama Jo sekaligus komunitas perfilman Indonesia, KBRI Sofia menyampaikan terima kasih kepada Festival Film Golden FEMI atas penghargaan tersebut dan berharap momentum itu akan mendorong kolaborasi yang lebih luas antar komunitas kreatif dunia.
Penghargaan tersebut dinilai mencerminkan apresiasi dunia internasional yang terus meningkat terhadap sinema Indonesia.
Pada 2024, jumlah penonton film nasional mencapai angka 68,95 juta, tertinggi dalam sejarah perfilman Indonesia yang telah berlangsung selama 98 tahun. Hingga 2025, tercatat ada 2.088 layar bioskop di seluruh Indonesia, dan 60% dari total penonton lebih memilih menonton film lokal.
Lebih dari sekadar pencapaian box office, hal tersebut merupakan gerakan budaya yang menunjukkan kebangkitan cerita-cerita orisinal dan film yang menyuarakan berbagai sisi kemanusiaan.
Penghargaan Best Short Documentary tersebut menjadi bukti nyata bahwa film dapat menjembatani pemahaman lintas budaya dan membangun empati yang mendalam antarbangsa, sebut pernyataan pers KBRI Sofia. (H-1)