
BADAN Geologi melakukan pemantauan aktivitas Kawah Ratu Gunung Tangkuban Parahu pascakenaikan gempa low frequency (LF) yang terjadi pada awal Juni lalu.
Pengamatan secara visual terpantau hembusan asap putih tipis hingga sedang dengan ketinggian berkisar antara 5 - 150 meter dari dasar Kawah Ratu dan 5 - 10 meter dari dasar kawah ecoma dengan tekanan lemah hingga sedang.
"Saat ini aktivitas bualan lumpur hanya terjadi di Kawah Ratu. Pada area di sekitar bulan lumpur ini teramati endapan lumpur berwarna hitam," terang Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangannya, Senin (9/6).
Ia menjelaskan, pemantauan termal aktivitas Tangkuban Parahu menggunakan Drone Mavic Pro 3T pada lokasi Kawah Ratu dan Kawah Ecoma. Hasilnya menunjukkan tidak ada perluasan titik panas pada kedua kawah tersebut bila dibandingkan dari foto termal antara tanggal 5 dan 7 Juni 2025.
"Manifestasi bualan lumpur di Kawah Ratu berdasarkan rekaman kegempaan teridentifikasi mulai terbentuk sejak tanggal 5 Juni 2025 sekitar pukul 22.00 WIB yang ditandai dengan mulai terekamnya getaran tremor menerus," katanya.
Hingga saat ini kegempaan Tangkuban Parahu masih didominasi oleh getaran tremor menerus. Rekaman kegempaan pada 8 Juni 2025 hingga pukul 12.00 WIB terdiri dari 3 kali gempa LF dan tremor menerus dengan amplitudo maksimum antara 0,5 - 1,5 mm (dominan 1 mm).
Data pemantauan tanggal 7 Juni 2024, jumlah gempa LF terekam sebanyak 16 kejadian dan getaran tremor menerus dengan amplitudo 0,5 - 2 mm. Pengamatan deformasi permukaan menggunakan alat EDM dan GNSS masih menunjukkan adanya pola inflasi, yang mengindikasikan akumulasi tekanan pada kedalaman dangkal di bawah tubuh gunung api.
"Hal ini masih menjadi perhatian karena potensi erupsi freatik tetap dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa didahului gejala vulkanis yang jelas," ungkapnya.
Hingga tanggal 8 Juni 2025, data pengukuran gas dari stasiun Multi-GAS permanen belum menunjukkan perubahan mencolok dalam komposisi gas-gas vulkanis seperti rasio CO2/SO2, CO2/H2S, maupun proporsi antara SO2 dan H2S. Konsentrasi gas yang terukur pada 8 Juni 2025 di bibir Kawah Ratu bagian barat dengan menggunakan Multi-GAS portabel juga masih berada dalam batas normal.
"Dengan mempertimbangkan semua data tersebut di atas, tingkat aktivitas Gunung Tangkuban Parahu masih berada pada Level I (Normal)," tuturnya.
Pihaknya merekomemdasikan masyarakat sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan para pengunjung tidak mendekati area dasar kawah, tidak berlama-lama di kawasan kawah aktif, serta segera menjauh jika teramati peningkatan intensitas hembusan atau tercium bau gas menyengat.
"Meskipun aktivitas menurun, kewaspadaan harus tetap diperhatikan. Pemerintah daerah dan BPBD diminta terus menjalin koordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Parahu di Desa Cikole serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung," jelasnya. (DG/E-4)