30 Tahun Menabung Seorang Pemijat di Kudus Akhirnya Berangkat Haji

4 hours ago 4
30 Tahun Menabung Seorang Pemijat di Kudus Akhirnya Berangkat Haji Ilustrasi(MI/Akhmad Safuan)

KESABARAN, ketekunan dan niat yang kuat membawa Solikin,60, seorang tukang pijat di Kabupaten Kudus bersama sang istri Solikatun,57, seorang buruh linting rokok  berangkat haji tahun 2025 ini, menabung selama 30 tahun dan menunggu selama 13 tahun keinginan berhaji akhirnya dapat terkabul.

Cuaca Kabupaten Kudus cukup terik ketika ratusan calon jemaah haji kloter 48 melakukan manasik haji di Alun-alun Kudus, namun hal itu tidak membuat para calon haji merasakan keletihan atau kepanasan, bahkan senyum ceria terlihat dari wajah-wajah calon haji yang rata-rata tidak lagi muda mengikuti arahan dari sejumlah pembimbing.

Keringat yang menetes dalam sesi manasik haji menambah semangat para calon haji mengikuti tahap demi tahap prosesi haji tersebut, seperti itu juga dilakukan Solikin,60, dan istrinya Solikatun,57, tercatat sebagai warga Desa Kesambi, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus yang akan berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini.

Wajah tua Solikin dengan rambut yang sudah memutih tidak menunjukkan keletihan ketika prosesi manasik haji di Alun-alun Kudus dilakoni sejak pagi, bahkan terlihat tetap bersemangat dengan senyum yang tulus menunjukkan kegembiraan, karena dapat berangkat haji tahun ini bersama 1,415 calon haji dari Kudus ini dan bergabung di kloter 48.

"Sudah 30 tahun saya menabung dan menunggu keberangkatan selama 13 tahun, Alhamdulillah tahun ini dapat berangkat bersama istri," kata Solikin sembari mengusap keringat di dahi usai menjalankan prosesi manasik di Alun-alun Kudus.

Keinginan Solikin untuk dapat berangkat haji hujan perkara mudah, maklum di tengah keterbatasan ekonomi yang hanya seorang pemijat keliling dengan bayaran tidak menentu, harus dilakoni dengan kesabaran tinggi  dan ketekunan luar biasa, menyisihkan pendapatan dari setiap upah memijat ke dalam tabungan untuk biaya haji hingga bertahun-tahun lamanya.

Sejak tahun 1995 Solikin yang hanya dapat mencari nafkah dari memijat berusaha menabung untuk dapat berangkat haji, dari pendapatan yang tidak menentu itu selain harus menghidupi tiga anak menyisihkan setiap pendapatan memijat Ro20.000-Rp50.000 sekali memijat untuk tabungan haji, bersyukur meskipun tidak setiap hari mendapat upah masih ada istri yang bekerja di pabrik sebagai buruh linting rokok.

Secara berangsur-angsur tabungan dikumpulkan setiap hari dapat memenuhi untuk biaya haji, hingga tahun 2012 memberanikan diri untuk mendaftar sembari tetap meneruskan kegiatan menabung tersebut. "Namun untuk dapat berangkat haji tidak mudah, karena meskipun tabungan cukup harus menunggu dan kami menunggu selama 13 tahun," ujarnya.

Setelah lama menunggu sembari tetap menjalankan profesinya memijat, ungkap Solikin, akhirnya dapat panggilan juga bahwa namanya menjadi salah satu calon haji yang dapat berangkat tahun ini, tentu kabar gembira itu langsung disambut sujud syukur bersama istrinya, karena kesabaran menunggu akhirnya tercapai juga dan menurut rencana akan berangkat Rabu (14/5) besok.

Meskipun telah pulang berhaji nanti, menurut Solikin, tetap akan menjalani profesi yang sudah lama ditekuni menjadi pemijat, karena memijat tidak sekedar mencari uang  tetapi ada sisi lain dari niat itu yakni dapat menolong sesama sehingga selama ini tidak pernah kematok tarif. "Jika masih kyat saya tetap akan menjadi pemijat, saya juga tidak pernah pasang tarif, seiklasnya pasien memberi saja," imbuhnya. (H-2)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |