
SEDIKITNYA 15 orang tewas setelah sebuah bus yang membawa mahasiswa dari Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) bertabrakan dengan sebuah kendaraan serbaguna (MPV) di jalan raya Malaysia, Senin (9/6) dini hari.
Kecelakaan tersebut terjadi pada pukul 01.10 dini hari di Jalan Raya Timur-Barat dekat Tasik Banding, di kota Gerik, negara bagian Perak, menurut laporan media Malaysia.
Situs berita Free Malaysia Today melaporkan bus tersebut sedang dalam perjalanan dari Jerteh, Terengganu menuju kampus utama di Tanjung Malim, Perak.
Tim beranggotakan empat orang dari Stasiun Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Gerik, yang tiba di lokasi hampir satu jam kemudian, menemukan bus dalam kondisi terbalik akibat kecelakaan tragis tersebut. MPV tersebut ditemukan di dalam parit, menurut keterangan pejabat.
Total ada 48 orang yang terlibat dalam kecelakaan, termasuk 42 mahasiswa, empat penumpang MPV, seorang sopir bus, dan seorang petugas bus, kata Asisten Direktur Operasi Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Perak, Sabarodzi Nor Ahmad.
Korban Tewas dan Luka
Pasukan Pertahanan Sipil Hulu Perak menyatakan 13 orang tewas di lokasi kejadian, sementara dua orang lainnya meninggal di rumah sakit. Sebanyak 31 orang mengalami luka-luka, mulai dari patah tangan dan kaki hingga luka ringan.
“Setibanya di lokasi kejadian, kami menemukan beberapa korban berhasil keluar dari bus sendiri, sebagian terlempar keluar, dan lainnya masih terjebak di dalam,” kata Sabarodzi.
Ia menambahkan petugas penyelamat harus menggunakan alat pemotong hidrolik untuk membuka bagian belakang bus guna mengevakuasi enam korban yang terjebak di dalam kendaraan.
Wakil Rektor UPSI Bidang Hal Ehwal Pelajar dan Alumni, Profesor Norkhalid Salimin, mengatakan sebagian besar penumpang bus berasal dari negara bagian Terengganu, dan mereka dalam perjalanan kembali ke kampus setelah merayakan Hari Raya Haji pada 7 Juni.
“Mereka berkumpul di Jerteh dan menyewa bus pribadi untuk kembali ke kampus setelah liburan perayaan di kampung halaman masing-masing,” ujar Prof Norkhalid kepada kantor berita nasional Bernama. (Strait Time/Z-2)