
WAKIL Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Wamendikdasmen) Republik Indonesia Fajar Riza Ul Haq meresmikan Pusat Bahasa Mandarin di Sekolah Tiga Bahasa Putera Harapan atau Puhua School, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada Kamis (10/4).
Dia menegaskan pentingnya penguasaan bahasa Mandarin sebagai jembatan strategis dalam membangun hubungan budaya, ekonomi, dan politik antarbangsa. “Kami mengapresiasi inisiatif Yayasan Putera Harapan yang telah membangun budaya baik dengan mengenalkan multibahasa, terutama bahasa Mandarin. Kami melihat ini sebagai bahasa yang ke depan akan menjadi salah satu jembatan kebudayaan, ekonomi, bahkan politik,” ujar Fajar.
Menurutnya, pemerintah mendukung penuh keberadaan sekolah swasta yang dikelola masyarakat dan memiliki visi yang sejalan dengan cita-cita pendidikan nasional. Ia mengaku senang dapat mengunjungi Puhua School yang menurutnya mencerminkan semangat keindonesiaan melalui keberagaman.
“Sekolah ini menjadi miniatur Indonesia yang kaya akan nilai-nilai kebersamaan. Cocok dengan semangat pembangunan karakter yang saat ini menjadi prioritas kami di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah,” tegasnya.
Fajar juga menyoroti masih minimnya sekolah di Indonesia yang memadukan tiga bahasa utama dalam sistem pembelajarannya—yakni bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Mandarin. Padahal, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi dunia saat ini bergeser ke Asia Timur, dengan Tiongkok sebagai salah satu poros utama.
“China adalah mitra strategis pemerintah Indonesia. Maka, semakin banyak generasi muda kita belajar ke China, tentu akan semakin menjembatani banyak hal,” katanya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Putera Harapan Banyumas, Yudi Sutanto, menjelaskan konsep “Sekolah Tiga Bahasa” yang diusung Puhua. Menurutnya, bahasa Indonesia digunakan sebagai jati diri dan pemersatu bangsa, bahasa Inggris sebagai jembatan menuju dunia global, dan bahasa Mandarin sebagai kompetensi khusus yang membuka cakrawala komunikasi lintas budaya dan peluang masa depan.
“Sampai saat ini, di Indonesia terdapat 96 sekolah tiga bahasa dengan sekitar 300 unit jenjang pendidikan. Kami tergabung dalam Perkumpulan Sekolah Tiga Bahasa se-Indonesia (PERSTIBI), dan saya dipercaya menjadi ketua sejak 2013,” jelas Yudi.
Ia menambahkan, di Puhua School terdapat 22 guru lokal dan 7 pengajar native speaker untuk pelajaran Mandarin. Dari total tenaga pengajar dan staf, sekitar 76 persen beragama Islam, sementara sisanya terdiri dari Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Dalam waktu dekat, sekolah juga akan membangun enam ruang ibadah di gedung baru mereka untuk mendukung keragaman keyakinan warga sekolah.
“Kami menyebut sekolah ini sebagai ‘Indonesia Mini’. Bahkan, dari total 62 siswa yang melanjutkan pendidikan ke luar negeri, 87 persen atau 54 siswa memilih kuliah ke Tiongkok melalui jalur beasiswa, berbekal kemahiran bahasa Mandarin. Harapan kami, mereka kembali dan membangun negeri,” tambahnya.(H-2)