
Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa dunia saat ini menghadapi tantangan tripledemic, yaitu situasi ketika covid-19, influenza, dan Respiratory Syncytial Virus (RSV) bersirkulasi secara bersamaan. Individu berusia di atas 60 tahun atau lanjut usia (lansia) atau memiliki kondisi medis yang rentan dan dapat mengalami gejala yang berat.
Dari sisi covid-19, Direktur Penyakit Menular, Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan meskipun covid-19 sudah berakhir sebagai darurat kesehatan internasional dan Indonesia juga sudah mencabut status kedaruratan pada 2023, itu masih menjadi ancaman kesehatan global. Sejak Maret 2025, cenderung ada peningkatan positivity rate dari covid-19 secara global. Jumlah kasusnya juga memiliki kecenderungan peningkatan dan WHO sudah mengeluarkan rilis pada 23 Mei 2025 bahwa subvarian covid-19 yang sedang beredar dan meningkat banyak itu jenisnya NB.1.8.1.
“Namun dari hasil asesmen, ini tidak menyebabkan keparahan penyakit dan masih sensitif dengan vaksin. Jadi beberapa negara memang mengalami peningkatan kasus covid-19, namun jumlah ini tidak jauh berbeda dengan Juli tahun lalu kalau dilihat positivity rate-nya. Sehingga situasi masih aman terkendali dan varian yang beredar pun bukan yang berbahaya,” ungkap Ina dalam Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk Risiliensi di Tengah Naiknya Kasus Covid Tahun 2025 baru-baru ini.
Thailand dan Singapura saat ini sedang menunjukkan peningkatan covid-19 terutama dari positivity rate. Namun dilihat dari varian yang bersirkulasi adalah turunan dari varian omicron yang kemungkinannya untuk mengalami keparahan dan peningkatan secara drastis masih kecil.
“Jadi variannya masih cenderung aman dan sensitif terhadap vaksin. Begitu pula dengan Malaysia yang mengalami peningkatan positivity rate-nya. Varian yang bersirkulasi juga tidak jauh berbeda yang merupakan turunan dari varian omicron. Varian ini memang perlu diwaspadai tapi tidak berbahaya,” ucap Ina.
Di Indonesia, situasi covid-19 dinilai cukup berbeda. Ina menyampaikan beberapa daerah memang ada kenaikan kasus seperti Banten, Jakarta, dan Jawa Timur. Namun secara nasional, positivity rate cenderung mengalami penurunan dan jumlah tertinggi itu terjadi dua minggu lalu sekitar 3,62%.
“Secara umum, penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Indonesia itu ada tiga hal, yaitu pencegahan, deteksi secepat mungkin, dan kita bisa merespons secepat mungkin sehingga tidak meluas. Untuk strategis menghadapi covid-19 itu kita melakukan beberapa hal seperti meminimalisir penularan virus, lalu mencegah sakit berat dan kematian serta komunikasi publik,” tuturnya.
Menurut Ina, Indonesia sudah cukup berpengalaman melewati pandemi covid-19 dan sebenarnya sudah cukup familiar. Saat ini menjadi fase pengingat kebiasaan yang harus terus dilakukan seperti etika batuk, jika sakit menggunakan masker, dan jika ada gejala ISPA atau riwayat kontak dengan yang sakit, segera ke fasilitas kesehatan.
Sementara terakit RSV yang merupakan virus saluran pernapasan yang umum dan biasanya menyebabkan gejala mirip influenza yang ringan, tetapi dapat juga menginfeksi paru-paru. Gejala umum RSV termasuk pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, bersin, sakit kepala, mengi, dan kesulitan bernapas, sehingga tidak mudah dibedakan dari virus pernapasan lainnya seperti influenza atau Covid-19.
Mereka dengan penurunan sistem imun, penderita penyakit kronis (misalnya diabetes, PPOK, jantung kronis) dan lansia berisiko mengalami infeksi yang lebih berat, menyebabkan pneumonia atau bronkiolitis (radang saluran udara kecil di paru). RSV seringkali dianggap sebagai penyakit anak-anak, namun sejatinya itu telah dikaitkan dengan beban penyakit yang tinggi pada lansia. Angka kematian akibat RSV pada pasien rawat inap dewasa berdasarkan studi di Thailand adalah 15,9%.
Beban penyakit pada lansia ini salah satunya disebabkan menurunnya kekebalan tubuh seiring dengan meningkatnya usia, hal ini menyebabkan tubuh menjadi rentan untuk terkena infeksi virus, termasuk RSV. Virus RSV dapat menyebar saat orang yang terinfeksi batuk atau bersin di dekat kita, atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi RSV (misalnya mencium balita yang terinfeksi), termasuk juga dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dengan virus.
Seperti halnya covid-19, saat ini belum ada pengobatan khusus untuk RSV. Oleh karena itu, penting mencegah penyebaran RSV dengan menerapkan kebersihan yang baik, seperti menutup mulut saat batuk atau bersin, mencuci tangan secara teratur, dan membersihkan permukaan yang sering disentuh.
Selain itu, cara pencegahan lainnya termasuk menggunakan masker, dan menerapkan physical distancing(menjaga jarak). Mencegah infeksi RSV dengan vaksinasi menjadi cara untuk melindungi individu yang berisiko dari infeksi RSV. Vaksinasi RSV disarankan untuk lansia dan individu yang berisiko tinggi. (E-3)