
AHLI anatomi veteriner dan perilaku hewan dari IPB University Supratikno menjelaskan dampak dan cara penanganan stres pada hewan kurban. Menurutnya, stres pada hewan kurban tidak hanya berdampak pada perilaku, tetapi juga secara signifikan memengaruhi kualitas daging yang dihasilkan.
"Ketika hewan mengalami stres, sistem saraf simpatis akan teraktivasi sehingga pembuluh darah menyempit. Akibatnya, proses pengeluaran darah saat penyembelihan menjadi tidak sempurna. Darah yang tertinggal di dalam daging akan menurunkan kualitas daging," jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa stres menyebabkan penggunaan glikogen otot secara berlebihan. Jika kadar glikogen menurun, pembentukan asam laktat akan terganggu.
"Tanpa asam laktat yang cukup, pH daging akan tetap tinggi dan menyebabkan daging menjadi gelap, keras, serta kering. Kondisi ini dikenal dengan istilah dark, firm, and dry meat (DFD)," tambahnya.
MI/HO--Ahli anatomi veteriner dan perilaku hewan dari IPB University Supratikno
Dari sisi perilaku, hewan yang stres juga lebih sulit ditangani dan dapat meronta berlebihan. Kondisi ini berisiko menyebabkan memar (bruising) pada daging, yang tentu akan menurunkan nilai jual dan kualitas konsumsi.
Tanda-Tanda Hewan Stres yang Perlu Dikenali
Supratikno menyebutkan tanda-tanda stres pada hewan kurban. Beberapa indikator yang umum terlihat antara lain gelisah, air liur berlebihan, ekor terlipat masuk di antara kedua kaki belakang, mata yang terus waspada, telinga berdiri mengarah ke atas atau depan, serta pernapasan yang tersengal-sengal.
"Ciri-ciri ini cukup mudah dikenali oleh siapa pun. Jika ditemukan tanda-tanda tersebut, berarti hewan tidak dalam kondisi tenang dan perlu segera ditangani dengan pendekatan yang tepat," ungkapnya.
Penanganan yang Tepat Menjelang Penyembelihan
Untuk meminimalkan stres pada hewan kurban sebelum penyembelihan, Supratikno menjabarkan sejumlah langkah.
Pertama, penggunaan pengeras suara sebaiknya dihindari karena sapi tidak suka dengan bunyi suara frekuensi tinggi. Selain itu, kerumunan orang yang terlalu banyak juga bisa membuat hewan merasa terancam.
"Warna pakaian juga perlu diperhatikan. Warna-warna terang seperti merah atau oranye sebaiknya tidak dikenakan saat proses penyembelihan karena bisa memicu kecemasan pada hewan," jelasnya.
Ia juga menyarankan agar proses dilakukan dengan cepat, serta hewan tidak dibiarkan terlalu lama sendirian. Petugas yang melakukan penanganan pun sebaiknya sudah terlatih dan berpengalaman.
Pentingnya Pelatihan Bagi Petugas Penyembelih
Menurut Supratikno, aspek penting lain adalah keterampilan para petugas. Oleh karena itu, pelatihan bagi petugas penyembelih sangat penting dalam rangka mengurangi stres pada hewan kurban.
"Petugas yang terlatih akan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran untuk menangani hewan dengan baik. Hal ini akan berdampak langsung pada ketenangan hewan dan kualitas daging yang dihasilkan," ucapnya.
Beberapa aspek penting yang perlu dikuasai oleh petugas antara lain pengetahuan keagamaan yang sesuai syariat, keterampilan kerja yang aman dan higienis (keselamatan dan kesehatan kerja/K3—dan sanitasi), kemampuan memeriksa kelayakan hewan, teknik penyembelihan yang benar, serta kemampuan menilai status kematian hewan setelah penyembelihan.
"Dengan memperhatikan aspek kesejahteraan hewan kurban, masyarakat tidak hanya menjalankan ibadah dengan benar, tetapi juga menjamin kualitas konsumsi daging kurban bagi seluruh penerima manfaat," pungkasnya. (Z-1)