
STRATEGI link and match antara pendidikan tinggi dan dunia kerja perlu diperkuat untuk menjembatani kebutuhan kalangan industri dan lulusan perguruan tinggi.
Hal ini misalnya dilakukan Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) sebagai kampus digital kreatif yang menggelar focus group discussion (FGD) bersama Seiwakai Jepang dan PT Jellyfish Education Indonesia, di Jakarta.
Wakil Rektor I Bidang Akademik UBSI Diah Puspitasari menyampaikan FGD ini digelar sebagai langkah awal menjembatani kebutuhan dunia industri dan kompetensi lulusan, khususnya di bidang keperawatan dan kesehatan.
"Kolaborasi ini diinisiasi dari dukungan penuh PT Jellyfish Education Indonesia yang selama ini berperan sebagai penghubung antara institusi pendidikan di Indonesia dan rumah sakit Seiwakai di Jepang," kata Diah.
Menurutnya, pendekatan link and match amat penting agar mahasiswa dan alumni UBSI dapat terserap dengan baik di pasar kerja, terutama dalam skala internasional. “Kami ingin memastikan kurikulum serta program pembelajaran yang kami jalankan benar-benar relevan dengan kebutuhan industri, khususnya pada sektor kesehatan di Jepang."
"Melalui kolaborasi dengan Seiwakai dan Jellyfish Education ini, kami harap lulusan UBSI bisa memiliki peluang lebih besar untuk bekerja dan berkembang di luar negeri,” ujar Diah.
Ia juga menegaskan forum ini merupakan komitmen UBSI yang tidak hanya mencetak lulusan unggul secara akademik, tapi juga memiliki daya saing tinggi di pasar kerja internasional.
Hadir pada FGD itu antara lain, Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan UBSI Silvana Evi Linda, Kaprodi Keperawatan UBSI Rahma Hidayati, Direktur Seiwakai Kazuo Muta dan CEO PT Jellyfish Education Indonesia Fukumura Shiro.
Kazuo Muta mengatakan sebagai bagian strategi link and match, pihaknya terbuka bekerja sama dalam berbagai hal seperti, pelatihan, pertukaran pengetahuan, dan rekrutmen tenaga profesional dari Indonesia.
Fukumura Shiro menambahkan pihaknya siap jadi penghubung dalam proses rekrutmen dan penempatan tenaga kerja Indonesia di Jepang.
“UBSI memiliki potensi besar melahirkan SDM yang dibutuhkan industri kesehatan Jepang,” pungkasnya. (H-2)