
SERANGAN drone Rusia terhadap sebuah bus di timur laut Ukraina menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai tujuh lainnya, kata pejabat Ukraina, Sabtu (17/5). Serangan itu hanya beberapa jam setelah kedua negara menggelar pembicaraan damai langsung pertama dalam tiga tahun.
Kedua belah pihak membahas kemungkinan pertemuan antara para pemimpin kedua negara, gencatan senjata, dan menyepakati pertukaran tahanan, tidak ada terobosan besar, dan sejak itu serangan udara Rusia terus berlanjut.
Serangan drone terjadi Sabtu pagi di kota Bilopillia, wilayah Sumy, kata pihak berwenang setempat. Oleh Hrihorov – kepala administrasi militer Sumy – mengatakan tujuh orang terluka, tiga di antaranya dalam kondisi kritis.
“Ini bukan hanya penembakan biasa – ini adalah kejahatan perang yang sinis,” kata Polisi Nasional Ukraina melalui Telegram. Polisi dan otoritas lokal menyatakan Rusia menyerang sasaran sipil.
Moskow belum memberikan tanggapan atas klaim Ukraina bahwa mereka menyerang sebuah bus sipil. Kantor berita resmi Rusia TASS melaporkan sekitar waktu yang sama, mengutip pernyataan dari kementerian pertahanan, pasukan Rusia menyerang lokasi pengumpulan peralatan Ukraina di wilayah Sumy menggunakan drone.
Warga Sipil
Rusia dan Ukraina saling menuduh menargetkan warga sipil, yang masing-masing dibantah oleh pihak lain.
Sebuah gambar yang dibagikan oleh polisi nasional Ukraina menunjukkan sebuah van yang rusak parah dengan lubang besar di sisi kanan dan atas tempat duduk penumpang. Jendela serta kaca depan kendaraan tersebut pecah berkeping-keping.
Secara keseluruhan di Ukraina, serangan Rusia menewaskan sedikitnya 13 orang dan melukai lebih dari 38 dalam 24 jam terakhir, termasuk serangan di Sumy, menurut pihak berwenang Ukraina. Dua orang tewas di wilayah Donetsk, dan satu orang tewas masing-masing di wilayah Kharkiv dan Kherson.
Pembicaraan hari Jumat menandai pertemuan tatap muka pertama antara kedua belah pihak sejak minggu-minggu awal perang.
Pertemuan Zelensky - Putin
Namun pertemuan tersebut – yang berlangsung di Istanbul dan dipimpin oleh Turki – tidak dihadiri oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, yang awalnya mengusulkan pembicaraan ini, melainkan mengirim delegasi tingkat rendah. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga tidak hadir, dengan alasan ia tidak akan bertemu pejabat Rusia selain Putin.
Dalam pembicaraan tersebut, Rusia menuntut agar Ukraina menyerahkan wilayah yang masih berada di bawah kendali Kyiv, menurut seorang sumber yang mengetahui negosiasi Jumat itu kepada CNN, sebuah posisi yang telah lama ditolak Ukraina. Para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia menyebut tuntutan Rusia dalam pembicaraan tersebut “tidak dapat diterima.”
Pada Sabtu, Kremlin mengatakan pertemuan antara Zelensky dan Putin bisa terjadi, tetapi hanya jika kondisi tertentu terpenuhi.
“Pertemuan seperti itu memungkinkan sebagai hasil kerja delegasi kedua belah pihak dalam mencapai beberapa kesepakatan,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Peskov juga berbicara tentang persiapan daftar “syarat” untuk kesepakatan gencatan senjata, yang kemudian akan ditukar dengan pihak Ukraina. Kyiv dan sekutunya berkali-kali menyerukan gencatan senjata tanpa syarat dan menuduh Rusia sengaja menghambat upaya perdamaian.
Donald Trump Menelepon Putin
Presiden AS Donald Trump mengatakan dalam sebuah unggahan media sosial bahwa ia akan menelepon Putin pada pukul 10 pagi hari Senin untuk berusaha mencapai kesepakatan gencatan senjata. Trump menambahkan bahwa ia juga akan menghubungi Zelensky dan beberapa pemimpin negara NATO setelah itu.
Trump mengatakan kepada wartawan awal minggu ini bahwa ia tidak percaya pembicaraan damai akan maju kecuali dirinya dan presiden Rusia berbicara langsung. “Saya tidak percaya apapun akan terjadi, suka atau tidak suka, sampai dia dan saya bertemu,” kata Trump. (CNN/Z-2)