Run To Care JKT 150KM Fokus pada Krisis Pemisahan Anak dari Orang Tua

9 hours ago 3
Run To Care JKT 150KM Fokus pada Krisis Pemisahan Anak dari Orang Tua Run To Care JKT 150KM(MI/MUhammad Ghifari A)

SATU dari sepuluh anak di seluruh dunia mengalami pemisahan dari orang tua, dan kondisi ini tidak selalu berarti fisik yang buruk, tetapi sering kali berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Efeknya seringkali berlangsung seumur hidup, menciptakan siklus berbahaya yang berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya. 

Direktur Nasional SOS Children's Villages Indonesia, Gregor Hadi Nitihardjo, menjelaskan bahwa pemisahan antara orang tua dan anak sering kali menjadi pola yang terus berulang.

"Kakek terpisah dari anaknya, kemudian generasi selanjutnya juga mengalami pemisahan antara anak dan orang tua. Dan hal ini masih berlangsung hingga kini. Kita harus benar-benar menghentikannya agar anak-anak ini dapat mendapatkan hak yang mereka butuhkan," tegasnya di Harris Suite, Rabu (21/5).

Fakta memprihatinkan ini menjadi sorotan utama dalam acara lari ultra-marathon "Run To Care JKT150KM," sebuah inisiatif dari SOS Children's Villages yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang tua akibat ditinggalkan, diabaikan, atau memerlukan dukungan. Kegiatan ini direncanakan berlangsung pada 8-10 Agustus 2025 di Jakarta.

Hadi menyampaikan kekhawatirannya. "Kami berharap tidak terjadi lagi pemisahan, sehingga saya rasa sangat penting untuk memutus siklus pemisahan anak dari orang tua," ujarnya. 

Berbagai penyebab menyebabkan hal ini terjadi, mulai dari pengabaian, kekerasan, penelantaran emosional dan psikologis, masalah ekonomi, disabilitas, hingga penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Bahkan, pemisahan bisa juga disebabkan oleh orientasi seksual, kehidupan di jalanan, atau perceraian.

"Untuk itu, SOS mengajak semua orang dalam Run To Care 2025 untuk menghentikan pemisahan antara anak dan orang tua. Kita bisa melakukannya bersama melalui acara ini. Dengan begitu, kita benar-benar memperjuangkan suara anak-anak yang terpisah dari orang tuanya yang mengalami rasa sakit yang mendalam," tambah Hadi.

Sebuah penelitian internal berjudul "Key Drivers Contributing to Child-Parents Separation in Indonesia" yang dirilis pada Desember 2024 oleh SOS Children's Villages Indonesia memberikan pencerahan mengenai faktor-faktor penyebab utama pemisahan anak dari keluarga. Umumnya, penempatan anak dalam pengasuhan alternatif sangat dipengaruhi oleh dua aspek utama: keadaan lingkungan keluarga dan efektivitas sistem perlindungan anak di Indonesia.

Sementara itu, Vikra Ijas, CEO Kita Bisa, menegaskan kembali kolaborasi platformnya sebagai mitra penggalangan dana bagi para pelari. “Kami hadir kembali sebagai platform pendukung penggalangan dana bagi para pelari untuk mengumpulkan donasi demi mendukung tujuan dan misi dari SOS Children's Village,” ujarnya.

Direktur Lomba Run to Care 2025, Lexy Rohi, menjelaskan rincian rute yang akan melintasi wilayah DKI Jakarta (Jakarta Selatan, Pusat, Utara, Barat, dan Timur), Tangerang-Banten, serta satu kota di Provinsi Jawa Barat (Depok), sebelum mencapai garis finish di SOS Children's Village Cibubur. Acara akan dimulai dari Senayan Park. 

"Ini bukanlah perlombaan, selama teman-teman memiliki niat dan tekad untuk menyelesaikan, teruskan saja, panitia akan menunggu," kata Lexy, meskipun tetap berharap partisipasi yang jujur tanpa bantuan transportasi lain.

Secara keseluruhan, Run To Care JKT150KM bukan hanya tentang menyelesaikan jarak tempuh, tetapi merupakan simbol dari tujuan yang lebih dalam: memberikan tempat tinggal dan harapan bagi anak-anak yang membutuhkan, serta memutus rantai pemisahan yang telah mengganggu banyak keluarga di Indonesia. (Z-10)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |