
SEDIKITNYA 400 ribu batang pohon telah ditanam ratusan relawan Laskar Hijau di kawasan lereng Gunung Lemongan, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sejak 2008 silam.
Aksi taman pohon untuk konservasi ini dilakukan bersama sejumlah pihak terkait serta tokoh agama lintas keyakinan secara rutin setiap tahunnya. Kepedulian lingkungan ini juga untuk menandai peringatan Hari Bumi 2025. "Setidaknya kita sudah tanam 400 ribu batang pohon berbagai jenis di kawasan konservasi lereng Gunung Lemongan," ungkap Pendiri Laskar Hijau, A'ak Abdullah Al-Kudus, Selasa (22/4).
Menurut dia, ratusan ribu pohon itu ditanam oleh ratusan relawan, pihak terkait serta penganut keyakinan lintas agama di Kabupaten Lumajang. Rata-rata dalam satu hektarnya, ditanam 1.000 batang pohon. "Dan kita sudah tanam pohon ini sejak 2008 silam sehingga jumlah pohon yang sudah kita tanam sekitar 400 ribu batang," tambahnya.
Ia mengungkapkan, berbagai jenis pohon yang ditanam untuk rehabilitasi hutan di lahan-lahan kritis di kawasan lereng Gunung Lemongan, Klakah, dan Lumajang antara lain jenisnya 50% tanaman buah dan tanaman konservasi. Sedangkan, 50% lainnya adalah pohon bambu.
Gus A'ak menambahkan, sebagaimana biasa sejak 2008, setiap tahun Laskar Hijau memulai penanaman di musim hujan pada kisaran Oktober dan mengakhiri musim tanam saat menjelang kemarau di kisaran April. Penanaman pohon ditutup dengan doa bersama para relawan dan penganut keyakinan lintas agama.
Hal itu seperti yang dilakukan pada Rabu (16/4) pekan lalu. Ritual bersama ini, lanjut dia, dimaksudkan untuk melangitkan doa kepada Tuhan agar pohon-pohon yang ditanam oleh para relawan Laskar Hijau di Gunung Lemongan dapat tumbuh subur dan bisa memberikan manfaat kepada hidup dan kehidupan.
Selain itu doa bersama ini juga bertujuan untuk memohon keselamatan untuk Indonesia dari bencana alam, serta dari pemimpin yang dzalim dan korup. Doa lintas iman ini dilakukan dengan satu keyakinan bahwa semua agama memiliki ajaran untuk mencintai dan menjaga lingkungan.
Seyogyanya semua umat beragama mematuhi ajaran agamanya masing-masing untuk menjaga bumi dari kerusakan. "Ketika negara gagal menjaga lingkungan, maka agama harus mengambil alih. Karena agama adalah kompas moral, bukan pendulum kekuasaan," tegas Gus A'ak.
Hadir dalam kegiatan doa bersama lintas iman di kawasan Klakah, Lumajang tersebut sejumlah pemuka agama, antara lain, KH. Muhammad Suhari (Islam), Y.M. Dharma Maitri Mahathera (Buddha), Pdt. Jackson Markus Siahaan S.Th. (Kristen), Rm. Yohanes Wahyu Prasetyo dan Rm. Bryan Pr. (Katholik), Dalang Astono (Hindu), Jaka Dewa Purnama (Kejawen), dan K. Digdoyo (Masyarakat Adat Nusantara).
Meskipun kegiatan ini sangat sederhana, tetapi para pemuka agama ini secara bergantian memanjatkan doa dengan kusuk dan penuh khidmat. Sebelum melakukan doa bersama para pemuka agama ini berdiskusi tentang pentingnya peran agama untuk mengajak masyarakat dan pemerintah peduli terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan.
Setelah melantunkan doa, para pemuka agama ini bersama-sama melakukan ikrar. "Kami berjanji untuk bersama-sama menjaga bumi".
Setelah itu kegiatan ditutup dengan menanam pohon di lereng Gunung Lemongan sebagai simbol kerukunan umat beragama dan simbol kepedulian mereka terhadap pelestarian lingkungan. "Indonesia selayaknya menjadi contoh perdamaian dan pelestarian alam bagi dunia," pungkas Gus A'ak. (E-2)