Premanisme di Mandura

11 hours ago 6
Premanisme di Mandura Ono Sarwono Penyuka Wayang(MI/Seno)

PREMANISME kembali menggila. Berkedok sebagai ormas, tapi sepak terjang mereka bak garong yang garang melawan hukum. Tindakan mereka anarkistis, tapi seperti tidak pernah bisa dikikis habis. Bisul sosial kronis yang terus dan berulang kali kambuh.

Namun, harus diakui bahwa premanisme bukan hanya dilakukan para oknum ormas, melainkan juga para elite. Faktanya, mental premanisme juga menggurita dalam sendi-sendi negara. Mereka jauh lebih berbahaya ketimbang premanisme jalanan.

Sungguh bangsa sial ketika hingga kini warganya masih tercekam oleh perilaku primitif tersebut. Juga hanya negara bodoh yang tidak mampu memberantas. Atau mungkin penguasa memang sengaja memelihara premanisme demi kepentingan tertentu?

RAKYAT KETAKUTAN

Dalam cerita wayang, rakyat Mandura pernah terhantui dengan ketakutan yang luar biasa ketika premanisme merajalela hingga ke kampung dan dusun. Kondisi itu sampai mengganggu stabilitas nasional. Namun, negara dengan cepat menyirnakan.

Pada suatu era, ketenteraman Mandura terganggu dengan maraknya premanisme. Pemalakan, penguasaan lahan, dan penyerobotan tanah dengan kekerasan terjadi di mana-mana. Siapa pun yang ikut cawe-cawe dikeroyok dan digebuki.

Saking akutnya, aksi barbar itu mencemaskan warga hingga ke pelosok negeri. Tidak sekadar mengusik ketenteraman masyarakat, tetapi juga berdampak serius pada sektor ekonomi. Banyak pemodal asing mengurungkan niat berinvestasi.

Raja Mandura Prabu Basudewa prihatin dengan kondisi tersebut. Karena sadar begitu besarnya ancaman, digelarlah sidang darurat mencari solusi. Semua nayaka praja dan paranpara serta para bupati hadir dalam pertemuan penting itu.

Dalam sidang terungkap bahwa para preman ternyata anggota resmi ormas Geram (Gerakan Rakyat Mandura) Jaya. Berdasarkan data di Kementerian Dalam Negeri, ormas itu dipimpin pemuda berangasan bernama Basuwara Kangsa.

Di Mandura, nama Kangsa tidak asing. Ia merupakan anak angkat Basudewa yang diberi wilayah tempat tinggal di Sengkapura. Warga juga sudah paham bahwa Kangsa suka bikin onar dan kejam kepada siapa pun.

Basudewa mengangkat Kangsa sebagai anak karena terpaksa. Kenapa demikian? Itu hanya disebabkan Kangsa lahir dari rahim Dewi Maerah, salah satu istri Basudewa. Namun, Kangsa bukan dari benihnya, melainkan dari kelakuan Gorawangsa.

Awal kisahnya Gorawangsa menyamar sebagai Basudewa ketika raja Mandura sedang berburu ke hutan berhari-hari. Raja raksasa Goabarong itu berkesempatan meniduri Maerah yang tak sadar bahwa yang dilayani siang-malam bukan suami.

Penyaruan Gorawangsa terbongkar dan akhirnya tewas di tangan Aryaprabu, adik Basudewa. Maerah kemudian diasingkan ke belantara hingga melahirkan. Anak yatim itu diopeni Suratimantra, adik Gorawangsa, dan diberi nama Kangsa.

KANGSA MATI

Pascarapat, Kangsa diundang menghadap raja di istana. Basudewa didampingi dua adik, Aryaprabu dan Ugrasena, mengonfirmasikan kebenaran anggota ormas Geram Jaya yang sering berbuat destruktif di seluruh negeri.

Tanpa ragu, Kangsa mengakui bahwa para preman itu anak buahnya. Namun, ujarnya, mereka yang berbuat melawan hukum itu ialah oknum. Dia menjelaskan ormas yang didirikan dimaksudkan untuk membantu masyarakat.

Sebenarnya sejak awal pendirian Geram Jaya sudah memunculkan kekhawatiran. Kenapa? Karena rekrutmen anggota mayoritas berlatar belakang pengangguran dan tak berpendidikan. Pada umumnya hanya bermodal nekat dan berani berkelahi.

Basudewa memerintahkan Kangsa menertibkan anggotanya. Bila tidak, ormasnya dibubarkan dan mereka yang terbukti melakukan tindak pidana dijebloskan ke penjara. Kangsa menyatakan sendika dhawuh, siap melaksanakan perintah.

Namun, sekembali dari istana, Kangsa justru menyuruh paman sekaligus tangan kanannya, Suratimantra, meningkatkan premanisme ke seluruh pelosok Mandura. Itu strategi licik Kangsa yang bernafsu menggulingkan kekuasaan Basudewa.

Basudewa marah besar ketika mengetahui premanisme kian hari malah semakin menjadi-jadi. Lalu, dibentuklah satgas antipremanisme yang diketuai Aryaprabu dengan panglima lapangan Bratasena, keponakan Basudewa.

Di sisi lain, Ugrasena diutus menjemput tiga anak Basudewa yang sejak kecil dititipkan kepada Demang Antagopa di Dusun Widarakandang. Mereka ialah Kakrasana, Narayana, dan Rara Ireng yang sudah beranjak dewasa.

Kakrasana dan Narayana ditugasi membantu satgas. Itu juga menjadi ujian Kakrasana sebagai anak sulung yang digadang-gadang menggantikan Basudewa sebagai pemimpin negara selanjutnya.

Berdasarkan mandat raja, Bratasena langsung membubarkan Geram Jaya. Terjadilah perang sengit antara Bratasena dan Suratimantra. Dalam waktu singkat, Suratimantra mati tertembus oleh pusaka Kuku Pancanaka.

Kakrasana dan Narayana berhadapan dengan Kangsa. Namun, meskipun lawannya dua, Kangsa mampu mengimbangi dan bahkan membuat kedua pangeran tersebut kewalahan.

Kangsa memang lawan tak sebanding. Sejak kecil digeladi fisik dan ilmu perang oleh pamannya dan menjadi pemuda yang sentosa jiwa dan raganya. Selain itu, Kangsa mewarisi kesaktian Gorawangsa.

Beberapa saat kemudian, Kakrasana dan Narayana teringkus tak berkutik. Kangsa mengangkat pedang ingin menyirnakan dua adik bersaudara itu. Tiba-tiba Rara Ireng menampakkan diri dan membuat Kangsa terperangah karena kecantikannya.

Akibatnya cengkeramnya mengendur. Kakrasana tak menyia-nyiakan waktu dan dengan cepat menghunjamkan Nenggala ke dada Kangsa hingga tersungkur. Narayana menyusul dengan menghantamkan pusaka Cakra sehingga Kangsa lebur.

KETEGASAN HUKUM

Rakyat Mandura bersorak-sorai atas lenyapnya Kangsa dan Suratimantra. Dengan matinya dua tokoh preman tersebut, bubarlah pula ormas yang dipimpin yang selama ini menyusahkan rakyat.

Mandura kembali tenteram seperti semula. Basudewa membuktikan diri sebagai pemimpin yang tegas. Siapa pun yang merusak tatanan dihakimi tanpa ampun. Hukum tegak berdiri sebagai modal utama membangun negeri.

Dalam konteks kekinian, secara filosofis ketegasan penegakan hukum seperti yang dilakukan Basudewa sangat dibutuhkan. Negara jangan lengah dan harus cekatan membersihkan premanisme di segala lini yang merongrong. (M-3)

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |