
SEMANGAT petani bawang merah di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, kian terasa sejak sebulan terakhir. Mereka yang biasanya menanam bawang merah di lahan sawah, sekarang menyulap tanggul irigasi dan pekarangan rumah untuk menanam bahan baku bumbu masakan itu.
Itu karena harga bawang merah saat ini tergolong sangat tinggi dan menjanjikan. Kondisi ini dianggap kesempatan paling bagus untuk menuai keuntungan lebih besar.
Amatan Media Indonesia, di Desa Padang, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie misalnya, para petani menanami tanggul irigasi teknis dengan tanaman bawang merah. Agar selamat dari gangguan hewan ternak seperti sapi dan kambing, mereka membuat pagar kawat beronjong.
Hal hampir sama juga dilakukan petani di Kecamatan Indrajaya. Karena lahan sawah sedang ditanami padi tahap kedua dan sering turun hujan, mereka menanam bawang merah di kebun dekat rumah dan pekarangan komplek permukiman.
Kasubbag Program dan Keuangan Kecamatan Simpang TigaTiga Mustamar Arifin, kepada Media Indonesia, Senin (21/4) mengatakan, ada 52 lokasi setempat yang biasa ditanami bawang merah. Karena sekarang musim tanam padi kedua mereka harus menjadikan tanggul irigasi sebagai alternatif.
Dikatakan Mustamar, petani di Kecamatan Simpang Tiga umumnya mengetahui teknik budi daya bawang merah. Apalagi itu daerah penghasil bawang merah di Aceh. Hanya saja sekarang sedang musim turun hujan sehingga tidak bagus menanam bawang di lahan sawah karena sering terendam.
"Di sini penghasil bawang. Sangat menggembirakan hasilnya. Ada sekitar 50 hektare biasanya ditanami bawang merah. Karena sekarang sering hujan dan lahan sawah ditanami padi, petani bergeser ke kebun kawasan permukiman atau tanggul irigasi," tutur Mustamar.
Saat ini harga bawang merah di Aceh tergolong tinggi. Di Pasar Pante Teugoh Sigli, Ibu Kota Kabupaten Pidie, harga bawang merah kwalitas bagus dijual Rp45.000-Rp50.000 per kilogram (kg). Lalu bawang kwalitas sedang berkisar Rp45.000-40.000 per kg. (E-2)