Petani di Tasikmalaya dan Garut Keluhkan Harga Pupuk Mahal

5 days ago 9
Petani di Tasikmalaya dan Garut Keluhkan Harga Pupuk Mahal Petani di wilayah Kabupaten Tasikmalaya memasuki masa panen raya.(MI/KRISTIADI)

PETANI di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut mengeluhkan pupuk jenis urea dan ponska dijual tidak sesuai harga eceran tertinggi (HET). Akibatnya, petani kesulitan untuk mendapatkan harga yang lebih murah.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Gerakan Petani Mandiri Indonesia (GPMI) Jawa Barat, Yuyun Suyud mengakui pada musim tanam petani menanam dengan motivasi meningkatkan produksi gabah. Karena, harga gabah yang diterima Bulog sangat menjanjikan sebesar Rp6.500 per kilogram.

"Kami sebagai petani mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh pemerintah terutama dalam meningkatkan ketahanan pangan termasuk kesejahteraan petani. Produksi gabah pada akan meningkat karena rata-rata panen per hektare mencapai 6,5 ton," katanya, Senin (14/4).

Dia menambahkan upaya pemerintah menaikan HET senilai Rp6.500 per kilogram dapat meningkatkan produksi beras, sehingga ketahanan pangan nasional terjaga. Petani dapat menjual ke Bulog sesuai harga dan tidak ada lagi gabah dijual rendah.


"Namun, petani mengeluhkan harga pupuk urea dan NPK phonska yang dijual di kios resmi  yang di atas HET. Kios di wilayah Kabupaten Tasikmalaya menjual pupuk urea 50 kg Rp150 ribu dan pupuk NPK phonska Rp150 ribu hingga Rp175 ribu," ujarnya.

Menurutnya, kenaikan pupuk urea dan NPK phonska dengan harga tinggi itu bisa ditemukan di Kecamatan Sodonghilir, Bojonggambir dan Taraju, Kabupaten Tasikmalaya. Biasanya urea 50 kg dijual Rp115 ribu.

Sementara di Kecamatan Pendeuy, Singajaya, Banjarwangi, dan Cihurip, Kabupaten Garut dijual dengan harga yang sama.

"Kami meminta pengawasan dilakukan Pupuk Indonesia di wilayah Priangan timur. Mereka harus turun ke lapangan, melihat langsung harga pupuk yang dijual lebih mahal," tambahnya.

Read Entire Article
Tekno | Hukum | | |