
Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 3 Juni 2025, melemah sebesar 37 poin atau 0,23% menjadi Rp16.290 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.253 per dolar AS. Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menyebut pelemahan nilai tukar rupiah hari ini terjadi karena aktivitas manufaktur di Tiongkok mengalami penurunan.
“Data dari Tiongkok yang baru dirilis menunjukkan aktivitas manufaktur secara mengejutkan turun dan terkontraksi di 48.3. Ini di bawah perkiraan untuk ekspansi 50.6. Data ini bisa melemahkan rupiah lebih jauh,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, pelemahan ini besar kemungkinan dipengaruhi perang tarif antara AS dan Negeri Tirai Bambu. Presiden AS Donald Trump disebut menuduh China melanggar kesepakatan dagang baru-baru ini yang berpotensi membuat perdagangan global kembali ke dalam ketidakpastian. Trump sendiri tak menyebutkan secara spesifik pelanggaran apa saja yang telah dilakukan oleh China.
Adapun Tiongkok dengan tegas menolak tuduhan Trump bahwa negara itu melanggar ketentuan kesepakatan dagang pada pertengahan Mei 2025 di Jenewa, Swiss. Kementerian Perdagangan China mengatakan tuduhan Trump tak masuk akal, dan Beijing akan terus melindungi kepentingannya.
Pada pagi ini, Lukman melaporkan dolas AS terpantau rebound karena investor mengantisipasi potensi perubahan sikap Trump sebelum penerapan kenaikan tarif baja dan aluminium pada Rabu (4/6). Pada Jumat (30/5), Trump mengumumkan kenaikan besar tarif impor baja dan aluminium dengan menggandakan tarif dari 25 persen menjadi 50 persen sebagai langkah melindungi industri dalam negeri Amerika.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kurs rupiah hari ini diperkirakan berkisar Rp16.200-Rp16.300 per dolar AS.