
FILM animasi Tiongkok Ne Zha 2, tentang seorang anak mitologi yang bertarung melawan iblis, baru saja dinobatkan sebagai film animasi terlaris di dunia. Film ini meraih 12,3 miliar yuan (sekitar US$1,7 miliar) di Box Office.
Namun, di tengah euforia para penggemar Ne Zha 2 yang menantikan kesuksesan lebih lanjut, mereka juga memantau dengan ketat para kritikus film ini, menuduh mereka sebagai "pembenci bayaran" yang hanya mencari sensasi.
Di sisi lain, nasionalisme ini juga menyasar Captain America: Brave New World, kini dianggap sebagai rival Ne Zha 2. "Aku tidak peduli apakah Ne Zha 2 bisa bertahan di luar negeri, tapi Captain America 4 harus gagal di Tiongkok," demikian bunyi slogan populer yang beredar luas di media sosial.
Di berbagai media berita dan platform sosial Tiongkok, orang-orang mencemooh performa buruk film blockbuster Amerika tersebut di box office Tiongkok. Dari total US$92 juta yang dihasilkan film ini di luar AS, hanya US$10,6 juta yang berasal dari Tiongkok—pasar terbesar Hollywood di luar negeri.
"Yang sekarat bukan Captain America, tapi Amerika itu sendiri," tulis sebuah esai di forum online yang menganalisis kurangnya daya tarik film ini di Tiongkok.
Penulisnya berargumen: "Pada kenyataannya, AS tidak memiliki pahlawan super dan AS bukanlah mercusuar perdamaian yang mencintai dan melindungi kemanusiaan."
Sebuah bioskop di Provinsi Sichuan bahkan dikabarkan menunda penayangan Captain America 4 demi mendukung Ne Zha 2.
Sementara itu, beberapa pihak mengkritik kurangnya penayangan Ne Zha 2 di bioskop-bioskop Amerika Utara. Mereka menuduh bioskop-bioskop Amerika lebih memilih memutar film lain daripada film asal Tiongkok ini.
Fenomena Nasionalisme di Balik Ne Zha 2
Ne Zha 2 tayang perdana di Tiongkok pada 29 Januari, bertepatan dengan libur Tahun Baru Imlek, momen yang selalu dipenuhi film-film blockbuster untuk menarik lonjakan penonton. Film ini dengan cepat mendominasi persaingan, melampaui pendapatan US$1 miliar dalam waktu kurang dari dua minggu.
Ne Zha 2 dipuji sebagai simbol kemajuan industri perfilman Tiongkok dan bukti bahwa produksi dalam negeri semakin mampu bersaing di kancah global. Selama ini, meskipun Tiongkok memiliki pasar domestik yang besar, box office-nya biasanya dikuasai oleh film Hollywood.
Sebelumnya, film-film box office dalam negeri yang sukses cenderung bergenre aksi patriotik, seperti The Battle of Lake Changjin, film propaganda tahun 2021 tentang Perang Korea tahun 1950-an, yang memegang rekor film terlaris Tiongkok hingga akhirnya dikalahkan oleh Ne Zha 2.
Berbeda dengan film Hollywood yang pendapatannya tersebar di berbagai wilayah, lebih dari 99% pendapatan Ne Zha 2 berasal dari Tiongkok—di mana animasi ini kini dijadikan tolok ukur patriotisme.
Di media sosial, banyak orang mengaku membeli tiket untuk menonton Ne Zha 2 berkali-kali. Sementara itu, mereka yang belum menonton mendapat sindiran dari rekan-rekannya.
"Seorang teman mengatakan aku tidak patriotik hanya karena aku belum menonton Ne Zha 2," tulis seorang pengguna Douyin, platform mirip TikTok di Tiongkok.
Ketika para penonton mulai membagikan ulasan mereka, kritik—mulai dari ketidakkonsistenan alur cerita, humor yang canggung, hingga unsur seksisme dalam film—disambut dengan komentar sinis dan pembelaan keras.
"Orang-orang seperti itu hanya mencari perhatian atau dibayar untuk menjatuhkan film ini," tulis seorang pengguna di Xiaohongshu, aplikasi serupa Instagram di Tiongkok.
"Semua harus waspada, saat ini ada gelombang haters yang membanjiri Ne Zha 2 dengan kritik negatif di internet," komentar pengguna lain, menambahkan bahwa kritik tersebut "sudah dirancang sebelumnya" oleh pihak yang iri dari industri film dalam maupun luar negeri.
"Dengan film sekeren ini, orang-orang memilih mendukung dengan membeli tiket. Jadi, para pembenci pun panik dan mulai menyebarkan fitnah. Sungguh hina!" tulisnya.
Kesuksesan besar Ne Zha 2 membantu memperkenalkan karakter mitologi Tiongkok kepada audiens global. Film ini juga mendapat pujian atas skenarionya, efek spesial, dan kualitas animasinya. Faktanya film ini menjadi pusat sentimen nasionalis membuat sebagian orang di Tiongkok khawatir akan semakin dalamnya polarisasi dalam budaya pop.
"Ne Zha 2 telah menjadi fenomena budaya, tapi aku tidak yakin ini sepenuhnya hal yang baik," tulis seorang pengguna Xiaohongshu yang menyoroti perdebatan sengit seputar film ini.
"Mengkritik kelemahan plot dianggap tidak patriotik; mengutuk habis film lain yang tayang di waktu yang sama; menggantikan diskusi mendalam dengan perang antara penggemar dan haters... Ini jelas bukan lingkungan budaya yang sehat." (BBC/Z-2)