
PERDANA Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pihaknya merencanakan pembangunan sekolah dan rumah sakit di Jalur Gaza bekerja sama dengan Jepang melalui Yayasan Wakaf Malaysia di wilayah kantong Palestina itu.
Anwar mengatakan Malaysia sebelumnya telah mengumumkan rencana pembangunan Yayasan Wakaf Malaysia di Gaza bersama beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM). Awalnya, fokus dengan rencana membangun kota kecil di sana.
Namun, menurut Anwar, akan lebih pragmatis kalau membangun masjid, sekolah dan rumah sakit terlebih dulu. Malaysia akan bekerja sama dengan Jepang mengingat dirinya telah berbincang dengan PM Jepang Ishiba Shigeru.
Kedua pihak setuju untuk mengambil inisiatif merekonstruksi Gaza bersama dengan Malaysia. “Dengan Jepang tentunya sekolah dan rumah sakit. Untuk kita, masjid,” ujar Anwar saat berbicara dalam acara Peluncuran Bulan Wakaf Nasional 2025 yang diikuti secara daring di Kuala Lumpur, Kamis (27/2).
Malaysia dan Jepang telah mencapai kesepakatan untuk menyegerakan pembangunan kembali Gaza berdasarkan inisiatif Konferensi Kerja Sama Negara-Negara Asia Timur untuk Pembangunan Palestina (CEAPAD) dengan membentuk dana khusus mendukung pembangunan kembali wilayah-wilayah yang terdampak oleh perang genosida Israel.
Menurut Anwar, program itu terkait dengan kemanusiaan, soal hak asasi manusia, soal kezaliman, soal penjajahan. Dan persoalan itu bukan harus ditangani hanya oleh umat Islam.
Di sisi lain, Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Volker Turk, mengecam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan respons militer Israel sebagai tanggapan atas tindakan brutal kelompok perlawanan Palestina itu.
"Tidak ada justifikasi atas cara Israel menjalankan operasi militernya di Gaza yang secara konsisten melanggar prinsip dasar hukum humaniter internasional," kata Turk seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Selain mengecam Israel, Turk juga menyoroti pelanggaran yang dilakukan Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya, termasuk penyanderaan, penyiksaan terhadap sandera, serta serangan roket tanpa pandang bulu ke wilayah Israel, yang menurutnya merupakan kejahatan perang.
Turk menyerukan investigasi independen terhadap semua pelanggaran yang terjadi dan menegaskan kembali perlunya mengakhiri keberadaan Israel yang melanggar hukum di Wilayah Pendudukan Palestina, sebagaimana ditegaskan oleh putusan Mahkamah Internasional.
“Rekor tragis konflik ini, seperti halnya konflik lainnya, menunjukkan dengan jelas bahwa impunitas hanya akan melahirkan lebih banyak kekerasan,” cetus dia.
Sementara itu, Israel telah menerima empat peti jenazah tawanan yang sebelumnya diserahkan oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, kepada Palang Merah Internasional. Penyerahan itu merupakan bagian dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan di Jalur Gaza.
Israel pun telah memulai proses identifikasi awal untuk memastikan identitas keempat jenazah tersebut. Menurut laporan surat kabar Yedioth Ahronoth, tim forensik Israel telah tiba di perbatasan itu untuk melakukan identifikasi awal.
Sebelumnya Channel 7 Israel, melaporkan jenazah-jenazah itu diserahkan kepada tentara Israel di perbatasan Karem Abu Salem, yang menandai tahap terakhir pertukaran tawanan berdasarkan perjanjian gencatan senjata fase pertama.
Sebagai imbalan dari penyerahan jenazah itu, sebuah bus yang mengangkut puluhan tahanan Palestina tiba di Ramallah, di mana keluarga mereka menunggu. Bus itu dikawal oleh tim Palang Merah Internasional.
"Kedatangan bus tersebut disambut dengan sorak-sorai dan teriakan kegembiraan dari kerumunan yang berkumpul," kata sebuah laporan seperti dilansir dari Anadolu.
Juru bicara PBB, Stephane Dujarric, melaporkan 40.000 orang telah dipaksa mengungsi dari rumah mereka di wilayah pendudukan Tepi Barat, seiring dengan berlanjutnya operasi militer Israel.
"Saya ingin menyoroti pernyataan Philippe Lazzarini, kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina/UNRWA, yang mengatakan bahwa lebih dari 50 orang, termasuk anak-anak, dilaporkan tewas sejak operasi pasukan Israel dimulai lima pekan lalu di Tepi Barat," ujar Dujarric dalam konferensi pers, Rabu (26/2) waktu setempat.
Dia menyebut sekitar 40.000 orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka, terutama dari kamp-kamp pengungsi di wilayah utara.
"Kemarin, pasukan Israel melakukan penggerebekan selama 14 jam di Kota Nablus, yang menyebabkan satu korban jiwa dan sejumlah orang terluka," lanjut Dujarric. (Ant/I-1)