
KOMITMEN pelestarian penyu di Pulau Serangan, Bali terus diperkuat. Pulau ini menjadi rumahnya satwa langka, penyu. Dalam satu tahun terakhir, lebih dari 7.600 telur penyu berhasil ditemukan dan diselamatkan.
Dari jumlah itu, sekitar 4.000 telur berhasil menetas menjadi tukik dan telah dilepasliarkan ke habitat aslinya. Dalam upaya pelestarian ini, PT Bali Turtle Island Development (BTID) turut berperan untuk menjaga satwa dan ekosistem laut di Pulau Serangan.
Ketua Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, I Wayan Indra Lesmana, mengatakan Pantai Serangan di kawasan Kura Kura Bali merupakan salah satu titik penting tempat penyu singgah dan bertelur. Untuk menjaga keamanan dan tanggung jawab bersama, setiap aktivitas monitoring selalu dilakukan dengan prosedur izin yang tertib melalui pihak keamanan setempat. “Kami tidak bisa sembarangan masuk karena ada aktivitas proyek. Tapi selama ini, BTID sangat kooperatif. Begitu kami mengajukan izin untuk kegiatan konservasi, langsung diberikan akses,” jelasnya.
Monitoring dan Relokasi Telur Penyu Dalam pelaksanaan konservasi, tim TCEC rutin memantau area pantai yang berada di dalam KEK Kura Kura Bali maupun sekitarnya. Bila ditemukan telur penyu di lokasi yang dianggap berisiko, telur-telur tersebut direlokasi ke pusat konservasi untuk proses penetasan yang lebih aman.
Namun, jika kondisi pantai dinilai aman, telur dibiarkan menetap dan menetas secara alami di tempat semula. Mayoritas penyu yang menitipkan telurnya di Pulau Serangan berjenis penyu lekang (Lepidochelys Olivacea), penyu hijau (Chelonia Mydas), dan penyu sisik (Eretmochelys Imbricata). Penyu-penyu ini secara alami mempercayakan Pantai Serangan sebagai lokasi bertelur. Hal ini tidak hanya berdampak pada kelangsungan hidup mereka, tetapi juga memberikan manfaat bagi perekonomian Desa Serangan.
Ia berharap kolaborasi antara BTID, pemerintah, Desa Adat Serangan, dan masyarakat lokal Pulau Serangan tetap terjaga. Menurutnya, hanya dengan sinergi yang kuat, penyu dapat kembali bertelur di Serangan sebagai rumah mereka, sehingga memudahkan untuk melakukan pemantauan secara berkelanjutan.
Konservasi penyu di Pulau Serangan bukan hanya melestarikan satwa langka, tapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan warisan budaya lokal yang telah lama menyatu dengan laut. Dengan dukungan berkelanjutan dan sinergi semua pihak terkait, harapannya Serangan akan tetap menjadi rumah pulang yang aman bagi para penyu. (H-3)