
UNIT artileri Rusia hampir sepenuhnya bergantung pada amunisi yang dipasok oleh Korea Utara untuk menyokong serangan mereka di sepanjang garis depan Ukraina, Reuters melaporkan, Selasa (15/4).
Laporan tersebut mengutip dokumen militer Rusia dan penelitian sumber terbuka.
Menurut data satelit yang dianalisis oleh Open Source Center (OSC) yang berbasis di Inggris, antara September 2023 dan Maret 2025, empat kapal berbendera Rusia melakukan 64 perjalanan mengangkut hampir 16.000 kontainer dari Korea Utara ke pelabuhan Rusia. OSC memperkirakan pengiriman tersebut mencakup antara 4 juta dan 6 juta peluru artileri.
Sebagai perbandingan, Rusia diyakini telah memproduksi tidak lebih dari 2,3 juta peluru artileri di dalam negeri pada 2024, menurut pejabat Ukraina dan Barat.
Kremlin membantah pengiriman senjata dari Korea Utara pada Oktober 2023, dengan mengeklaim tidak ada bukti dari aktivitas tersebut.
Namun, setidaknya enam laporan unit artileri Rusia yang ditinjau oleh Reuters mendokumentasikan penggunaan antara 50% dan 100% amunisi Korea Utara di Ukraina baru-baru ini tahun ini. Tiga laporan unit lainnya tidak menyebutkan amunisi Korea Utara.
Analis pertahanan dari Rochan Consulting yang berbasis di Polandia, Konrad Muzyka, mengatakan pasokan Korea Utara memungkinkan Rusia untuk mempertahankan laju operasi militernya mulai akhir 2023.
"Tanpa bantuan dari DPRK (Korea Utara), serangan tentara Rusia terhadap posisi pertahanan Ukraina akan berkurang setengahnya," badan intelijen militer Ukraina, GUR, mengatakan kepada Reuters.
"Tanpa dukungan Ketua Kim Jong Un, Presiden Vladimir Putin tidak akan benar-benar dapat melanjutkan perangnya di Ukraina," tambah Hugh Griffiths, mantan koordinator panel PBB yang memantau sanksi Korea Utara. (Moscow Times/B-3)