
MELAMBATNYA pertumbuhan ekonomi nasional ke angka 4,87% pada kuartal I 2025 dan dominasi pekerja di sektor informal menjadi sinyal penting bahwa Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya terampil, tetapi juga mampu beradaptasi dan berkontribusi nyata.
"Kampus kini dituntut tak hanya berperan dalam pengajaran, tetapi juga menjadi katalisator transformasi sosial dan ekonomi, baik secara lokal maupun global," kata Rektor Binus University Nelly, di Kampus Anggrek Binus @Kemanggisan, Jakarta, Rabu (14/5).
Menurut Nelly, hal ini sesuai dengan inisiatif Kampus Berdampak dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) sebagai bentuk keberlanjutan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Melalui forum tersebut, Binus University menegaskan perannya sebagai kampus global berdampak yang menjawab kebutuhan zaman melalui aksi konkret.
Binus, lanjut dia, tidak hanya ingin mencetak lulusan unggul, tetapi juga membangun ekosistem pendidikan kolaboratif dan solutif untuk berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan global berkelanjutan. "Pendidikan tinggi perlu menjawab tantangan sosial dan ekonomi melalui inovasi, kolaborasi, dan penciptaan dampak," ucapnya.
Perguruan tinggi, jelas dia, perlu konsisten menjalankan transformasi pendidikan yang menyatu dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
“Itu sebabnya, kami membekali mahasiswa dengan pengalaman praktikal sejak kuliah. Dengan pendekatan fleksibel dan multidisipliner, para mahasiswa kami mampu beradaptasi lebih cepat dan unggul saat memasuki dunia profesional."
"Kami percaya keberhasilan pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga dampak nyata yang dapat diberikan oleh lulusannya kepada bangsa,” tegasnya.
Ini dibuktikan dengan posisi Binus University yang menempati peringkat #2 versi Times Higher Education (THE) 2025 sebagai perguruan tinggi Indonesia berkelas dunia. "Ini bentuk pengakuan internasional atas kualitas akademik, inovasi, serta keterlibatan global yang dibangun selama bertahun-tahun. Apalagi posisi tersebut bisa berhasil melampaui beberapa top PTN," terangnya.
Bukan hanya itu, pihaknya mempersiapkan program 2,5 tahun kuliah dan berkarier melalui Enrichment Program Track. "Kami mencetak lulusan yang tidak hanya siap kerja, tetapi juga siap berkontribusi. Keunggulan ini didukung relasi kuat dengan lebih dari 2.200 perusahaan mitra di dunia, serta jaringan 200.000+ komunitas Binusian di berbagai industri, kota, dan negara. Sinergi antara dunia kampus, industri, dan komunitas alumni menjadi fondasi penting dalam menciptakan Kampus Berdampak," tuturnya.
Salah satu alumni inspiratif, Garry Liwang, yang kini menjabat sebagai Editing, Lighting, Rendering, and Compositing (ELRC) Supervisor dan pernah terlibat pada produksi film Jumbo menyampaikan pengalamannya sebagai mahasiswa yang banyak terpapar dunia industri sejak dini.
“Saya belajar bukan hanya teori, tapi langsung terlibat proyek nyata yang mendorong saya berpikir seperti profesional sejak mahasiswa. Itu sangat memudahkan saya ketika akhirnya masuk ke dunia kerja,” katanya. (H-2)